makalah
metodologi
pengembangan agama,moral,disiplin dan afektif

Oleh:
debi yatri
54418
Pendidikan guru
pendidikan anak usia dini
Fakults ilmu pendidikan
Universitas negeri padang
Padang
2012
Tahap-tahap perkembangan moral dan agama
A,Perkembangan
baik buruk,salah benar usia dini
Upaya
penanaman nilai moral secara baik dan benar kepada anak bukanlah masalah
sederhana.artinya upaya tersebut tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang
tanpa pengetahuan dan keterampilan khusus.
1.Arti perkembangan moral
Perkembangan
moral yang terjadi pada seseorang dapat dilihat melalui perilaku
moralnya.secara umum dikatakan telah terjadi perkembangan moral pada
seseorang,apabila perilakunya menunjukan kesesuiakan dengan nilai moral dan norma yang berlaku di masyarakat.
Pada
tahap awal nilai moral ditanamkan melalui pola asuh yang diterapkan oleh orang
tua dan dan gurunya(setelah anak memasuli jenjang pra sekolah). Anak juga bisa
mencontoh prilaku moral orang tuanya atau orang dewasa lain yang ada
disekitarnya.
a.Perkembngan moral menurut teori psikoanalisa sigmund freud
Freud
menyotori perkembangan moral dengan menyandarkan perkembangan pada perkembangan
kepribadian yang terjadi pada anak. Frued secara khusus menekankan pada
bagaimana anak merasakan dan membedakan tentang benar dan salah.
Untuk
memperjelas teorinya, frued membagi struktur kepribadian manusia kedalam tiga
bagian masing-masing bagian disebut “id”
ini ada pada anak yang berusia satu sampai dua tahun pertama kehidupanya.
Sruktur kepribadian yang dissebut “id”
ini yang terlihat adalah: tampil dalam bentuk prilaku yang tidak
terkendali, pada tahap ini anak belum mengenal nilai dan norma yang
berlaku dalam masyarakat.
Struktur
kepribadian pada tahap berikutnya yaitu tahap “ego” sruktur ini ada pada diri
anak setelah usia dua tahun. Indikator perilakunya adalah: anak mulai belajar
mengendalikan dorongan-dorongan dari dalam dirinya,anak mulai mampu menemukan cara-cara menyelesaikan
masalah yang lebih masuk akal dan dapat diterima oleh orang-orang dilingkugan
serta menyeleksi perilaku yang boleh dan tidak boleh ditampilkan.
b.Perkembagan moral menurut pandangan
behavioristik ( berorientasi perilaku)
Para
tokoh behavioristik menekankan pada
peran orang tua sebagai pelatih perilaku moral bagi anak-anaknya. Menurut
pandangan ini, semua perilaku termasuk perilaku moral adalah produk dari
pemberian reinforcement, hukuman dan model dari orang tua.
Contoh
pemberian reinforcement
Seorang anak
berusia tiga bulan pada awlanya memiliki kebiasaan ngompol. Suatu waktu
ia memberitahu pada ibunya bahwa ia ingin pipis. Selanjutnya ibu akan membawa
anak tersebut ke kamar mandi sambil membantu anak untuk membuang air kecil.
Agar
anak mau mengulang perilakunya (memberi tahu dulu kalau mau pipis), kepada si
anak perlu segera diberikan reinforcement (penguat). Reinforcement tersebut
dapat diwujudkan dalam bentuk pujian atau hadiah lain yang dapat membuat anak
senang.
Contoh pemberian hukuman
Apabila
seorang ibu menjumpai anaknya usia tiga tahun menunjukan perilaku bandel kepada
anak sebayanya,ibu dapat secara langsung dapat memberiakan hukauman terhadap
anaknya. Ibu dapat memberikan teguran dengan ekspresi marah,misalnya dengan
megacungkan telunjuk.dengan mulai berkembangnya kemampuan bahasa pada anak usia tiga tahun,ibu dapat
menjelaskan secara verbal kepada anaknya mengapa ia dimarahi. Dengan perasaan
takut dimarahi lagi,anak secara berangsur-angsur akan menghantikan kebiasaan
nakalnya.
B.pengenalan
dan pemantapan agama dari lingkungan keluarga
Orang
tua wajib membentuk keluarga islami, keluarga yang berkualitas,damai atau
keluarga yang sakinah. Salah satu cara untuk menenpuh dan membentuk keluarga
demikian adalah dengan menanamkan nilai-nilai agama islam kepada anak-anak
sejak dini. Tujuanya adalah agar anak memiliki dasar pribadi yang islami.
Penanaman nilai agama sangat penting untuk anak supaya mereka memiliki
kemampuan antisiptif dalam mencegah dan menangkal berbagai pengaruh luar
berupa perilaku menyimpang yang tidak sesuai dengan ajaran agama.
Pada
mulanya seorang bayi atau anak-anak belum mengenal agama. Agama merupakan
sesuatu yang asing bagi mereka. Pemikiran anak-anak masih sangat sederhana, demikian
juga dengan perasaanya. Mereka lebih tertarik pada hal-hal yang dapat
merangsang panca indranya.
Oleh
karena itu hubungan antara orang tua dengan anak-anak didalam keluar mempunyai
pengaruh yang sangat besar terhadap pertumbuhan dan perkembangan agama
anak-anaknya. Jika seseorang megiginkan anak-anak yang shaleh(taat beragama)
maka mulailah dari diri sendidri.
Dengan
demikian pertumbuhan agama pada anak-anak telah muncul sejak pendengaran dan
penglihatan mereka telah mulai berfungsi. Meskipun demikian, pertumbuhan agama
pada anak-anak tidak akan segera muncul atau tumbuh jika stimulus(rangsangan)
yang memuat pesan nilai-nilai keagamaan tidak atau kurang menarik perhatian
anak-anak.
Tahap-tahap
perkembagan disiplin dan emosi
a.
Perkembangan
disiplin diri dan kelompok
Perkembangan disiplin yang dialamai oleh
anak dipengaruhi oleh beberapa faktor:
1. Perbedaan
usia anak
Anak
yang usianya lebih muda memerlukan penanaman disiplin yang lebih ketat.dalam
arti, banyak hal yang harus dikenalkan kepada anak di lingkungannya
dibandingkan dengan anak yang lebih besar. Kemampuan untuk memahami mengapa
sesuatu itu dilarang atau dibolehkan oleh orang tua masih sangat kurang
terbatas. Kebatasan komunikasi verbal, baik untuk memahami pembicaraan orang
lain maupun menyatakan pendapatnya secara verbal, menyebabkan orang tua atau
guru harus mengunakan cara yang berbeda dari cara yang mereka gunakan untuk
menghadapi anak yang lebih besar. Anak yang berada pada masa “negativistik”
akan lebih bermanfaat kiranya apabila orang tua, guru memberikan tekanan pda
hal-hal yang positif kedalam diri anak agar berprilaku sesuai dengan yang
diharapkan.
Contoh:
pada saat mau makan, ibu menyatakan” anak ibu yang pintar dan manis tentu sudah
cuci tangan”. Pada waktu bel berbunyi, anak-anak sedang berbaris tidak teratur
untuk masuk kelas. Akan lebih efektif
bila guru mengatakan: “anak-anak ibu semua pintar-pintar dan
manis-manis, tentu tentu bisa berbaris fengan teratur,tertib,tenang, dan tidak
ribut waktu masuk ke dalam kelas.
2. Adaya
perbedaan kepribadian dan sikap anak menyebabkan perbedaan kebutuhan dan jenis
disiplin yang mereka butuhkan.
Penanaman
disiplin pada diri anak tidak dapat disamaratakan, sebab disiplin yang cocok
untuk anak yang satu belum cocok pula bagi anak lain, walaupun usia mereka
sama, bagi nak-anak yang peka(sensitif) akan cepat menyadari kesalahanya hanya
dengan melihat pandangan mata orang tua atau gurunya.
Anak
tahu bahwa perbuatan itu tidak baik dilakukan.
3. Perbedaan
jumlah anggota keluarga menyebabkan perbedaan akan kebutuhan disipilin.
Jumlah
anggota keluarga dapat menentukan porsi disiplin yang diperlukan. Anak dari
keluarga besar(anggota keluarganya banyak/lebih membutuhkan disiplin dari pada
anak berasal dari keluarga kecil). Dalam keluarga besar perhatian orang tua
tidak terfokus satu atau dua orang anak, tetapi terbagi kebanyak anak. Hal yang
demikian menyebabkan perhatian dan pengawasan yang diberikan orang menyebabkan
perhatian dan pengawasan yang diberikan orang tua terhadap anak relatif kurang,
dibandingkan dengan keluarga kecil.
b.
Penghargaan
akan waktu dan aturan-aturan
Pada
waktu tertentu(makan,mandi,tidur dan menyelesaikan pekerjaan rumah) baik orang
tua,guru, tidak dapat menerima prilaku seenaknya dari anak-anak tersebut.
“seenaknya” disini dalam artian kegiatan tersebut dilakukan tidak beraturan,
kadang-kadang mau melakukan,kadang-kadang tidak. Kalau dilakukan asal-asalan
saja. Contoh: makan sembarang tempat dan bekas makanan berserakan
dimana-mana,tidur larut malam atau disembarang tempat,di kursi, di lantai
sehinggga setiap malam orang tuanya harus memindahkannya ke kamar tidur.
Jadi pada saat tertentu yaitu waktu
bermain, orang tua dapat menerima cara anak memainkan mainanya dengan cara yang
ia inginkan, tetapi pada saat-saat makan,tidur,mandi dan menyelesaikan
pekerjaan rumah, aturan disiplin yang berlaku dilingkungan sosial anaklah yang
harus dilaksanakan.
c.
Perkembangan
emosi dan cara mengendalikanya
Seorang anak pada awalnya hanya mampu menampilkan rasa senang dengan
rasa tertawa, bila ia merasa nyaman dan menampilkan rasa tidak senang dengan cara menagis bila merasa
tidak nyaman. Rasa tidak nyaman dapat disebabkan oleh rasa lapar, sakit,popoknya
basah, kedinginan dan lain-lain.
Pada akhirnya masa bayi (kira-kira usia
2 tahun) menurut seorang tokoh psikologi perkembagan, diharapkan jumlah dan
macam reaksi emosi yang dapat ditampilkanya telah sama seperti orang dewasa. Ia
telah mampu menampilkan rasa marah, takut,cemas,iri,cemburu,simpati (dapat
merasakan perasaan orang lain) dan lain-lain seperti halnya perasaan-perasaan
yang ditunjukan orang dewasa terhadap orang lain.
Selain itu anak-anak masih tampak labil
artinya perubahan dari satu brentuk emosi kebentuk emosi lain dapat terjadi
secara cepat. Dalam keadaan gembira bila tiba-tiba ada sesuatu hal yang
membuatnya marah, seketika itu juga ia dapat menjadi marah yang berlebihan,
begitu pula sebaliknya bila ia sedang marah di bujuk dengan sesuatu yang
membuatnya senang seketika ia dapat meupakan rasa marahnya tersebut. Tetapi
pada orang dewasa emosinya sudah stabil perubahan emosi bentuk ke emosi lain
tidak berlangsung secara cepat, bila sedang marah walaupun ada hal-hal yang
membuatnya senang tidak seketika ia melupakan marahya.
1. Biarkan
senyum menjadi pelindung anak
Serotonin hanyalah sebuah senyawa
kimia,neurottransmiter, tang membentuk reaksi-reaksi emosi kita dengan cara
menyampaikan pesan-pesan emosi dari otak keberbagai bagian tubuh.serotonin
telah mendapatkan perhatian khusus dalam sepuluh tahun terakhir karena peranya
dalam membantu menagani sters dalam mengobati depresi dan ganguan-ganguan
kejiwaan lain.
Zat ini biasa membantu anak-anak
mengatasi segala macam sters dengan menghalangi berlebihnya masukan ke otak,
meningkatnya kadar serotonin mungkin perlu tersenyum. Para ahli menunjukan
bahwa ketika anda tersenyum, otot-otot wajah berkontraksi, mengurangi aliran
darah menjadi dingin, menurunkan temperatur barang otak, dan memicu produksi
serotonin. Apabila kita membuat anak “tersenyum” dan keadaan menjadi lebih
baik, ini hal dapat dilakukan oleh orang tua/guru dengan lelucon yang spontan.
2. Cara
mengajar anak mengendalikan emosi
Pelatihan yang berhasil dalam
pengendalian amarah dapat membuat anak menyadari perubahan-perubahan dalam
tubuh mereka dan dapat berinteraksi untuk menenangkan diri, dengan menarik
nafas dalam-dalam atau dengan mengalihkan pelatihan ini dalam situasi-situasi
permainan peran, seperti permainan stay clam, dimana anak-anak dihadapkan
kepada situasi-situasi yang bisa membuat mereka marah, tetapi sebetuknya yang
mereka praktekkan adalah teknik-teknik menenangkan diri.
DAFTAR PUSTAKA
Berten.2000.etika.jakarta:gramedia pustaka utama
Depdiknas,2000.metode pengembangan agama,moral,disiplin dan afektif: bandung
Bambang haritan,purnomo. 1994. Memahami dunia anak-anak. Bandung:
mandar maju
Tidak ada komentar:
Posting Komentar