KONSEP DASAR PERKEMBANGAN EMOSIONAL
V. Fungsi
Emosi Dalam Kehidupan
Emosi merupakan sesuatu yang
muncul setiap hari, bahkan setiap saat dalam kehidupan kita. Emosi merupakan
suatu pola yang kompleks dari perubahan yang terdiri dari reaksi fisiologis,
perasaan-perasaan yang subyektif, proses kognitif, dan reaksi perilaku, yang
semuanya itu merupakan respon atas situasi yang kita terima. Kita mengenal
beberapa emosi dasar, yaitu kegembiraan, kesedihan, ketakutan, kemarahan, dan
kejenuhan.
Selain itu kita juga
mengenal adanya emosi positif, seperti kegembiraan, dan emosi negatif, seperti
kemarahan dan kesedihan, meskipun suatu emosi itu dapat menjadi emosi yang berdampak
positif maupun negatif tergantung dari situasinya. Emosi positif dapat
berfungsi sebagai pelindung. Emosi positif dapat melindungi individu dari emosi
negatif bahkan dalam keadaan stress sekalipun.
Zautra dan kawan-kawan (dalam Ong dkk, 2004)
memperkenalkan sebuah konsep yang disebut dynamic affect (DA)
yang berguna untuk mengetahui bagaimanakah emosi positif dapat mempengaruhi
emosi negatif selama periode yang stressful. Dia menemukan bahwa DA model
memunculkan emosi baik positif maupun negatif selama menghadapi
stress. Dalam penelitiannya, Ong dkk meneliti tentang fungsi emosi positif
selama masa penyesuaian setelah kematian pasangan. Kematian pasangan dan proses
penyesuaiannya merupakan situasi yang stressful bagi partisipan. Hasil yang
dicapai adalah bahwa hubungan stress yang dialami sehari-hari dan gejala-gejala
depresi, akibat kematian pasangan, akan melemah bila emosi positif hadir
diantaranya (Ong dkk, 2004).
Penelitian lain yang mendukung hal tersebut
adalah penelitian yang dilakukan oleh Fredrickson dkk. Dia meneliti efek emosi
positif setelah serangan WTC pada tanggal 11 September 2001. Partisipannya
memang bukan orang yang berhubungan langsung dengan korban WTC, akan tetapi
serangan tersebut menjadi sebuah traumatic event bagi warga Amerika.
Sehingga secara tidak langsung kejadian itu juga berpengaruh pada emosi mereka.
Penelitian ini pun mendapatkan hasil bahwa pengalaman atas emosi positif dapat
menjadi penahan atau pelindung dari depresi akibat kejadian traumatik
(Fredrickson, 2003).
Dari kedua penelitian tersebut, kita dapat
mengetahui betapa bergunanya emosi positif dalam kehidupan sehari-hari kita.
Selain menjadi pelindung dari gejala depresi atau stress, dalam proses terapi
pengalaman akan emosi positif juga digunakan menjadi salah satu metode. Mengapa
terapi yang menggunakan metode relaksasi, dimana orang yang diterapi diminta
untuk memanggil kembali pengalamannya yang menyenangkan, menjadi metode yang
efektif dapat dijelaskan melalui penelitian ini.
Emosi positif, selain berfungsi sebagai
pelindung, juga mempengaruhi proses negosiasi. Van Kleef dkk meneliti hal
tersebut. Mereka menemukan bahwa jika dalam sebuah negosiasi seorang individu
menghadapi lawan yang pemarah, maka ia akan menetapkan target yang lebih rendah
daripada jika dihadapkan pada lawan yang menyenangkan (Van Kleef dkk,
2004). Hasil dari penelitian tersebut dapat diaplikasikan dalam bidang
komunikasi, terutama komunikasi yang menggunakan media komputer mengingat
penelitian menggunakan komputer sebagai mediator. Dengan penelitian ini, kita
mendapatkan bukti empirik bahwa emosi berpengaruh pada pengambilan keputusan
pada negosiasi yang menggunakan mediator komputer (Van Kleef dkk, 2004).
Kita telah mengetahui
bagaimanakah pengaruh marah, yang merupakan salah satu emosi negatif, pada
proses negosiasi yang menggunakan komputer sebagai mediator. Dan melalui
penelitian yang dilakukan oleh Carels dkk kita dapat mengetahui pengaruh mood
negatif terhadap kesehatan. Penelitian Carels dkk menggunakan partisipan yang
mempunyai penyakit jantung. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh mood negatif terhadap cardiac arrhythmia (detak
jantung yang tidak teratur). Hasil dari penelitian ini mengindikasikan bahwa
gabungan antara mood negatif dan cardiac arrhtythmia dalam
frekuensi yang tinggi terjadi lebih sering pada pasien yang mempunyai gangguan
fungsi jantung yang parah (Carels dkk, 2003). Dapat ditarik kesimpulan bahwa
mood negatif kurang baik untuk pasien dengan gangguan fungsi jantung yang
parah.
Pentingnya
Emosi Dalam Kehidupan Anak Usia Dini
Emosi sangat penting dalam memunulkan dan mendorong kesadaran diri,
mendorong perkembangan motorik, kognitif, dan tingkah laku sosial anak. Para
ahli menemukan bahwa anak-anak yang perkembangan emosinya sehat sewaktu usia
dini cenderung beremosi sehat setelah dewasa seperti: control diri yang kuat,
memiliki gairah hidup, memiliki motivasi diri, mandiri dan sebagainya.
Sebaliknya anak yang selama usia dini beremosi buruk seperti suka marah, cemas,
takut, cenderung beremosi buruk setelah dewasa, kurang memiliki kontrol diri
dan mudah frustasi. Dengan pernyataan-pernyataan emosional, anak bisa
mengkomunikasikan kebutuhan dan keinginannya dan membekali seseorang dengan
cara untuk menguasai dunia sekitar mereka.
VI. Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Perkembangan Emosional
Sejumlah studi tentang emosi anak
menyingkapkan bahwa perkembangan emosi mereka bergantung sekaligus pada faktor
pematangan (maturation) dan faktor belajar, dan tidak semata-mata bergantung
pada salah satunya. Reaksi emosional yang tidak muncul pada awal masa kehidupan
tidak berarti tidak ada. Reaksi emosional itu mungkin akan muncul dikemudian
hari, dengan adanya pematangan dan sistem endokrin.
Pematangan dan belajar berjalin erat satu
sama lain dalam mempengaruhi perkembangan emosi sehingga pada saatnya akan
sulit untuk menentukan dampak relatifnya.
Ø Peran Pematangan
Perkembangan intelektual menghasilkan
kemampuan untuk memahami makna sebelumnya yang tidak dimengerti, memperhatikan
satu rangsangan dalam waktu yang lebih lama, dan memutuskan ketegasan emosi
pada satu obyek . Demikian pula kemampuan mengingat dan menduga mempengaruhi
reaksi emosional. Dengan demikian anak-anak yang rekatif terhadap rangsangan
yang tadinya tidak mempengaruhi mereka pada usia yang lebih muda.
Perkembangan kelenjar endokrin penting untuk
mematangkan perilaku emosional. Bayi secara relaktif kekurangan produksi
endokrin yang diperlukan untuk menopang reaksi fisiologis terhadap stress.
Kelenjar adrenalin yang memainkan peran utama pada esi mengecil serta tajam
segera setelah bayi lahir. Tidak lama kemudian kelenjar itu mulai
membesar lagi, dan membesar dengan pesat sampai anak berusia 5 tahun,
pembesaran melambat pada usia 5 sampai 11 tahun, dan membesar lebih pesat lagi
sampai anak berusia 16 tahun. Pada usia 16 tahun kelenjar tersebut mencapai
kembali ukuran semula seperti saat anak baru lahir. Hanya sedikit adrenalin
yang diproduksi dan dikeluarkan sampai saat kelenjar itu membesar. Kegiatan
belajar turut menunjang perkembangan emosi. Metode belajar yang menunjang
perkembangan emosi, antara lain :
·
Belajar dengan coba-coba
Anak belajar dengan
coba-coba untuk mengekspresikan emosi dalam bentuk perilaku yang memberikan
pemuasan terbesar kepadanya, dan menolak prilaku yang memberikan pemuasan
sedikit atau sama sekali tidak memberikan kepuasan. Cara belajar ini lebih umum
digunakan pada masa kanak-kanak awal dibandingkan dengan sesudahnya, tetapi
sepanjang perkembangannya tidak pernah ditinggalkan sama sekali.
·
Belajar dengan cara meniru
Dengan cara mengamati
hal-hal yang membangkitkan emosi orang lain, anak-anak bereaksi dengan emosi
dan metode ekspresi yang sama dengan orang-orang yang diamati. Contoh, anak
yang peribut mungkin menjadi marah tehadap teguran guru. Jika ia seorang anak
yang popular di kalangan teman sebayanya mereka juga akan ikut marah pada guru
tersebut.
·
Belajar dengan cara mempersamakan diri
Anak menirukan reaksi
emosional orang lain yang tergugah oleh rangsangan yang sama dengan rangsangan
yang telah membangkitkan emosi orang yang ditiru. Disini anak hanya yang
menirukan orang yang dikagumi dan mempunyai ikatan emosional yang kuat
dengannya.
·
Belajar melalui pengkondisian
Dengan metode ini objek
situasi yang pada mulanya gagal memancing reaksi emosional, kemudian dapat
berhasil dengan cara asosiasi. Pengkondisian terjadi dengan mudah dan cepat
pada tahun-tahun awal kehidupan karena anak kecil kurang mampu manalar, kurang
pengalaman untuk menilai situasi secara kritis, dan kurang mengenal betapa
tidak rasionalnya reaksi mereka. Setelah melewati masa kanak-kanak, penggunaan
metode pengkondisian semakin terbatas pada perkembangan rasa suka dan tidak
suka.
·
Pelatihan atau belajar di bawah bimbingan dan
pengawasan, terbatas pada aspek reaksi
Kepada anak diajarkan cara bereaksi yang
dapat diterima jika sesuatu emosi terangsang. Dengan pelatihan, anak-anak
dirangsang untuk bereaksi terhadap rangsangan yang biasanya membangkitkan emosi
yang menyenangkan dan dicegah agar tidak bereaksi secara emosional terhadap
rangsangan yang membangkitkan emosi yang tidak menyenangkan.
Anak memperhalus ekspresi-ekspresi
kemarahannya atau emosi lain ketika ia beranjak dari masa kanak-kanak ke masa
remaja. Peralihan pernyataan emosi yang bersifat umum ke emosinya sendiri yang
bersifat individual ini dan memperhalus perasaan merupakan bukti/petunjuk
adanya pengaruh yang bertahap dan latihan serta pengendalian terhadap perilaku
emosional.
Mendekati berakhirnya usia remaja,
seorang anak telah melewati banyak badai emosional, ia mengalami keadaan
emosional yang lebih tenang yang mewarnai pasang surut kehidupannya. Ia juga
telah belajar dalam seni menyembunyikan perasaan-perasaannya. Hal ini berarti
jika ingin memahami remaja, kita tidak hanya mengamati emosi-emosi yang secara
terbuka yang ia tampakkan tetapi perlu berusaha mengerti emosi yang
disembunyikan.
Jadi, emosi yang ditunjukan mungkin merupakan
selubung/tutup bagi yang disembunyikan, seperti contohnya seorang yang merasa
ketakutan tetapi menunjukan kemarahan, dan seorang yang sebenarnya hatinya
terluka tetapi malah ia ketawa, sespertinya ia merasa senang.
VII.
Perbedaan
Individual Dalam Ekspresi Emosional
Dengan meningkatnya
usia anak, semua emosi diekspresikan secara lunak karena mereka telah
mempelajari reaksi orang lain terhadap luapan emosi yang berlebihan, sekalipun
emosi itu berupa kegembiraan atau emosi yang menyenangkan lainnya. Adapun
karena anak-anak mengekang sebagian ekspresi emosi mereka, emosi tersebut
cenderung berahan lebih lama daripada jika emosi itu diekspresikan secara lebih
terbuka. Oleh kerena itu, ekspresi emosional mereka menjadi berbeda-beda.
Dan perbedaan itu
sebagian disebabkan oleh keadaan fisik anak pada saat itu dan taraf kemampuan
intelektualnya. Anak yang sehat cenderung kurang emosional dibandingkan dengan
anak yang kurang sehat. Jika dilihat sebagai anggota suatu kelompok, anak-anak
yang pandai bereaksi lebih emosional terhadap berbagai macam rangsangan
dibandingkan dengan anak yang kurang pandai bereaksi. Tetapi sebaliknya mereka
lebih dapat mampu mengendalikan emosi.
Dalam sebuah
keluarga, anak laki-laki lebih sering dan lebih kuat mengekspresikan emosi yang
sesuai dengan jenis kelamin mereka. Rasa cemburu dan marah lebih umum terdapat
di kalangan keluarga besar, sedangkan rasa iri lebih umum terdapat di kalangan
keluarga kecil. Rasa cemburu dan ledakan kemarahan lebih umum dan lebih kuat di
kalangan anak pertama dibandingkan dengan anak yang lahir kemudian dalam
keluarga yang sama.
Cara mendidik yang
otoriter mendorong perkembangan emosi kecemasan dan takut, sedangkan cara
mendidik yang permisif atau demokratis mendorong berkembangnya semangat dan
rasa kasih sayang yang baik.Anak-anak dari keluarga yang berstatus sosial
ekonomi rendah cenderung lebih mengembangkan rasa takut dan cemas dibandingkan
dengan anak-anak yang berasal dari keluarga yang berstatus sosial ekonomi tinggi.
VIII. Kaitan Perkembangan Emosional dengan
Perkembangan Lain
Keterkaitan perkembangan
emosional dengan fisik, mental, dan psikologi anak. Perkembangan emosional anak
sangat erat kaitannya dengan perkembangan fisik dan mental. Salah satu gambaran
proses dan hasil penelitian tentang pengaruh perubahan emosi terhadap perubahan
fisik (jasmanai) individu dapat diperoleh berdasarkan penelitian yang dilakukan
oleh Conan (Samsu Yusuf).
Menurut penelitian Conan
menunjukkan bahwa perkembangan emosi dan perubahan yang nyata akan berpengaruh
atau menyebabkan perubahan pada berbagai dimensi fisik. Pengaruh emosi pada
fisik mental seseorang akan membawa pada melemahnya kemampuan mengingat. Akibat
umum terjadi karena kurangnya stimulasi kasih saying pada anak-anak ialah keterlambatan
pertumbuhan dan perkembangan fisik.
Emosi anak yang terlantar
akan mempengaruhi perkembangan motorik anak diantaranya perkembangan kemampuan
untuk duduk, berdiri, dan berjalan menjadi terhambat. Keadaan ini cenderung
menimbulkan masalah disertai kondisi lain yang tidak menyenangkan, anak menjadi
tidak bahagia, bahkan sampai pada perilaku anti sosial, kepribadian psikopatis,
psikonerosis, atau bentuk tertentu dari psiskonerasis seperti sehizophrenia
(sikap memberontak pada fase perkembangan remaja), perkawinan dan pekerjaan
serta sikap buruk terhadap hokum pada masa dewasa.
Bentuk hubungan emosional
dengan aktivitas kehidupan, diantaranya yaitu:
· Ternyata
emosi yang melekat pada seorang anak akan mewarnai pandangannya terhadap
kehidupan dan dimensinya.
· Emosi
akan sangat mempengaruhi interaksi sosial seorang anak.
· Reaksi
emosional apabila diulang-ulang akan berkembang menjadi suatu kebiasaan.
DAFTAR
PUSTAKA
Hurlock,
E.B. 1990. Psikologi Perkembangan: Suatu
Pendekatan Sepanjang Rentang Kehiudpan. Jakarta: Erlangga.
Hurlock,
E.B. 1988. Perkembangan Anak Jilid I.
Jakarta: Erlangga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar