Minggu, 23 Desember 2012

perkembangan emosional




KONSEP DASAR PERKEMBANGAN EMOSIONAL

V.    Fungsi Emosi Dalam Kehidupan
Emosi merupakan sesuatu yang muncul setiap hari, bahkan setiap saat dalam kehidupan kita. Emosi merupakan suatu pola yang kompleks dari perubahan yang terdiri dari reaksi fisiologis, perasaan-perasaan yang subyektif, proses kognitif, dan reaksi perilaku, yang semuanya itu merupakan respon atas situasi yang kita terima. Kita mengenal beberapa emosi dasar, yaitu kegembiraan, kesedihan, ketakutan, kemarahan, dan kejenuhan.
Selain itu kita juga mengenal adanya emosi positif, seperti kegembiraan, dan emosi negatif, seperti kemarahan dan kesedihan, meskipun suatu emosi itu dapat menjadi emosi yang berdampak positif maupun negatif tergantung dari situasinya. Emosi positif dapat berfungsi sebagai pelindung. Emosi positif dapat melindungi individu dari emosi negatif bahkan dalam keadaan stress sekalipun. 
Zautra dan kawan-kawan (dalam Ong dkk, 2004) memperkenalkan sebuah konsep yang disebut dynamic affect (DA) yang berguna untuk mengetahui bagaimanakah emosi positif dapat mempengaruhi emosi negatif selama periode yang stressful. Dia menemukan bahwa DA model memunculkan emosi baik positif maupun negatif selama menghadapi stress. Dalam penelitiannya, Ong dkk meneliti tentang fungsi emosi positif selama masa penyesuaian setelah kematian pasangan. Kematian pasangan dan proses penyesuaiannya merupakan situasi yang stressful bagi partisipan. Hasil yang dicapai adalah bahwa hubungan stress yang dialami sehari-hari dan gejala-gejala depresi, akibat kematian pasangan, akan melemah bila emosi positif hadir diantaranya (Ong dkk, 2004).
Penelitian lain yang mendukung hal tersebut adalah penelitian yang dilakukan oleh Fredrickson dkk. Dia meneliti efek emosi positif setelah serangan WTC pada tanggal 11 September 2001. Partisipannya memang bukan orang yang berhubungan langsung dengan korban WTC, akan tetapi serangan tersebut menjadi sebuah traumatic event bagi warga Amerika. Sehingga secara tidak langsung kejadian itu juga berpengaruh pada emosi mereka. Penelitian ini pun mendapatkan hasil bahwa pengalaman atas emosi positif dapat menjadi penahan atau pelindung dari depresi akibat kejadian traumatik (Fredrickson, 2003).

Dari kedua penelitian tersebut, kita dapat mengetahui betapa bergunanya emosi positif dalam kehidupan sehari-hari kita. Selain menjadi pelindung dari gejala depresi atau stress, dalam proses terapi pengalaman akan emosi positif juga digunakan menjadi salah satu metode. Mengapa terapi yang menggunakan metode relaksasi, dimana orang yang diterapi diminta untuk memanggil kembali pengalamannya yang menyenangkan, menjadi metode yang efektif dapat dijelaskan melalui penelitian ini.
Emosi positif, selain berfungsi sebagai pelindung, juga mempengaruhi proses negosiasi. Van Kleef dkk meneliti hal tersebut. Mereka menemukan bahwa jika dalam sebuah negosiasi seorang individu menghadapi lawan yang pemarah, maka ia akan menetapkan target yang lebih rendah daripada jika dihadapkan pada lawan yang menyenangkan (Van Kleef dkk, 2004). Hasil dari penelitian tersebut dapat diaplikasikan dalam bidang komunikasi, terutama komunikasi yang menggunakan media komputer mengingat penelitian menggunakan komputer sebagai mediator. Dengan penelitian ini, kita mendapatkan bukti empirik bahwa emosi berpengaruh pada pengambilan keputusan pada negosiasi yang menggunakan mediator komputer (Van Kleef dkk, 2004).
Kita telah mengetahui bagaimanakah pengaruh marah, yang merupakan salah satu emosi negatif, pada proses negosiasi yang menggunakan komputer sebagai mediator. Dan melalui penelitian yang dilakukan oleh Carels dkk kita dapat mengetahui pengaruh mood negatif terhadap kesehatan. Penelitian Carels dkk menggunakan partisipan yang mempunyai penyakit jantung. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh mood negatif terhadap cardiac arrhythmia (detak jantung yang tidak teratur). Hasil dari penelitian ini mengindikasikan bahwa gabungan antara mood negatif dan cardiac arrhtythmia dalam frekuensi yang tinggi terjadi lebih sering pada pasien yang mempunyai gangguan fungsi jantung yang parah (Carels dkk, 2003). Dapat ditarik kesimpulan bahwa mood negatif kurang baik untuk pasien dengan gangguan fungsi jantung yang parah.

Pentingnya Emosi Dalam Kehidupan Anak Usia Dini
Emosi sangat penting dalam memunulkan dan mendorong kesadaran diri, mendorong perkembangan motorik, kognitif, dan tingkah laku sosial anak. Para ahli menemukan bahwa anak-anak yang perkembangan emosinya sehat sewaktu usia dini cenderung beremosi sehat setelah dewasa seperti: control diri yang kuat, memiliki gairah hidup, memiliki motivasi diri, mandiri dan sebagainya. Sebaliknya anak yang selama usia dini beremosi buruk seperti suka marah, cemas, takut, cenderung beremosi buruk setelah dewasa, kurang memiliki kontrol diri dan mudah frustasi. Dengan pernyataan-pernyataan emosional, anak bisa mengkomunikasikan kebutuhan dan keinginannya dan membekali seseorang dengan cara untuk menguasai dunia sekitar mereka.
VI. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Emosional
Sejumlah studi tentang emosi anak menyingkapkan bahwa perkembangan emosi mereka bergantung sekaligus pada faktor pematangan (maturation) dan faktor belajar, dan tidak semata-mata bergantung pada salah satunya. Reaksi emosional yang tidak muncul pada awal masa kehidupan tidak berarti tidak ada. Reaksi emosional itu mungkin akan muncul dikemudian hari, dengan adanya pematangan dan sistem endokrin.
Pematangan dan belajar berjalin erat satu sama lain dalam mempengaruhi perkembangan emosi sehingga pada saatnya akan sulit untuk menentukan dampak relatifnya.
Ø Peran Pematangan
Perkembangan intelektual menghasilkan kemampuan untuk memahami makna sebelumnya yang tidak dimengerti, memperhatikan satu rangsangan dalam waktu yang lebih lama, dan memutuskan ketegasan emosi pada satu obyek . Demikian pula kemampuan mengingat dan menduga mempengaruhi reaksi emosional. Dengan demikian anak-anak yang rekatif terhadap rangsangan yang tadinya tidak mempengaruhi mereka pada usia yang lebih muda.
Perkembangan kelenjar endokrin penting untuk mematangkan perilaku emosional. Bayi secara relaktif kekurangan produksi endokrin yang diperlukan untuk menopang reaksi fisiologis terhadap stress. Kelenjar adrenalin yang memainkan peran utama pada esi mengecil serta tajam segera setelah bayi lahir. Tidak lama kemudian kelenjar itu mulai membesar lagi, dan membesar dengan pesat sampai anak berusia 5 tahun, pembesaran melambat pada usia 5 sampai 11 tahun, dan membesar lebih pesat lagi sampai anak berusia 16 tahun. Pada usia 16 tahun kelenjar tersebut mencapai kembali ukuran semula seperti saat anak baru lahir. Hanya sedikit adrenalin yang diproduksi dan dikeluarkan sampai saat kelenjar itu membesar. Kegiatan belajar turut menunjang perkembangan emosi. Metode belajar yang menunjang perkembangan emosi, antara lain :
·         Belajar dengan coba-coba
Anak belajar dengan coba-coba untuk mengekspresikan emosi dalam bentuk perilaku yang memberikan pemuasan terbesar kepadanya, dan menolak prilaku yang memberikan pemuasan sedikit atau sama sekali tidak memberikan kepuasan. Cara belajar ini lebih umum digunakan pada masa kanak-kanak awal dibandingkan dengan sesudahnya, tetapi sepanjang perkembangannya tidak pernah ditinggalkan sama sekali.
·         Belajar dengan cara meniru
Dengan cara mengamati hal-hal yang membangkitkan emosi orang lain, anak-anak bereaksi dengan emosi dan metode ekspresi yang sama dengan orang-orang yang diamati. Contoh, anak yang peribut mungkin menjadi marah tehadap teguran guru. Jika ia seorang anak yang popular di kalangan teman sebayanya mereka juga akan ikut marah pada guru tersebut.
·         Belajar dengan cara mempersamakan diri
Anak menirukan reaksi emosional orang lain yang tergugah oleh rangsangan yang sama dengan rangsangan yang telah membangkitkan emosi orang yang ditiru. Disini anak hanya yang menirukan orang yang dikagumi dan mempunyai ikatan emosional yang kuat dengannya.
·         Belajar melalui pengkondisian
Dengan metode ini objek situasi yang pada mulanya gagal memancing reaksi emosional, kemudian dapat berhasil dengan cara asosiasi. Pengkondisian terjadi dengan mudah dan cepat pada tahun-tahun awal kehidupan karena anak kecil kurang mampu manalar, kurang pengalaman untuk menilai situasi secara kritis, dan kurang mengenal betapa tidak rasionalnya reaksi mereka. Setelah melewati masa kanak-kanak, penggunaan metode pengkondisian semakin terbatas pada perkembangan rasa suka dan tidak suka.
·         Pelatihan atau belajar di bawah bimbingan dan pengawasan, terbatas pada aspek reaksi
Kepada anak diajarkan cara bereaksi yang dapat diterima jika sesuatu emosi terangsang. Dengan pelatihan, anak-anak dirangsang untuk bereaksi terhadap rangsangan yang biasanya membangkitkan emosi yang menyenangkan dan dicegah agar tidak bereaksi secara emosional terhadap rangsangan yang membangkitkan emosi yang tidak menyenangkan.
Anak memperhalus ekspresi-ekspresi kemarahannya atau emosi lain ketika ia beranjak dari masa kanak-kanak ke masa remaja. Peralihan pernyataan emosi yang bersifat umum ke emosinya sendiri yang bersifat individual ini dan memperhalus perasaan merupakan bukti/petunjuk adanya pengaruh yang bertahap dan latihan serta pengendalian terhadap perilaku emosional.
Mendekati  berakhirnya usia remaja, seorang anak telah melewati banyak badai emosional, ia mengalami keadaan emosional yang lebih tenang yang mewarnai pasang surut kehidupannya. Ia juga telah belajar dalam seni menyembunyikan perasaan-perasaannya. Hal ini berarti jika ingin memahami remaja, kita tidak hanya mengamati emosi-emosi yang secara terbuka yang ia tampakkan tetapi perlu berusaha mengerti emosi yang disembunyikan.
Jadi, emosi yang ditunjukan mungkin merupakan selubung/tutup bagi yang disembunyikan, seperti contohnya seorang yang merasa ketakutan tetapi menunjukan kemarahan, dan seorang yang sebenarnya hatinya terluka tetapi malah ia ketawa, sespertinya ia merasa senang.

VII.   Perbedaan Individual Dalam Ekspresi Emosional
Dengan meningkatnya usia anak, semua emosi diekspresikan secara lunak karena mereka telah mempelajari reaksi orang lain terhadap luapan emosi yang berlebihan, sekalipun emosi itu berupa kegembiraan atau emosi yang menyenangkan lainnya. Adapun karena anak-anak mengekang sebagian ekspresi emosi mereka, emosi tersebut cenderung berahan lebih lama daripada jika emosi itu diekspresikan secara lebih terbuka. Oleh kerena itu, ekspresi emosional mereka menjadi berbeda-beda.
Dan perbedaan itu sebagian disebabkan oleh keadaan fisik anak pada saat itu dan taraf kemampuan intelektualnya. Anak yang sehat cenderung kurang emosional dibandingkan dengan anak yang kurang sehat. Jika dilihat sebagai anggota suatu kelompok, anak-anak yang pandai bereaksi lebih emosional terhadap berbagai macam rangsangan dibandingkan dengan anak yang kurang pandai bereaksi. Tetapi sebaliknya mereka lebih dapat mampu mengendalikan emosi.
Dalam sebuah keluarga, anak laki-laki lebih sering dan lebih kuat mengekspresikan emosi yang sesuai dengan jenis kelamin mereka. Rasa cemburu dan marah lebih umum terdapat di kalangan keluarga besar, sedangkan rasa iri lebih umum terdapat di kalangan keluarga kecil. Rasa cemburu dan ledakan kemarahan lebih umum dan lebih kuat di kalangan anak pertama dibandingkan dengan anak yang lahir kemudian dalam keluarga yang sama.
Cara mendidik yang otoriter mendorong perkembangan emosi kecemasan dan takut, sedangkan cara mendidik yang permisif atau demokratis mendorong berkembangnya semangat dan rasa kasih sayang yang baik.Anak-anak dari keluarga yang berstatus sosial ekonomi rendah cenderung lebih mengembangkan rasa takut dan cemas dibandingkan dengan anak-anak yang berasal dari keluarga yang berstatus sosial ekonomi tinggi.

VIII.    Kaitan Perkembangan Emosional dengan Perkembangan Lain
Keterkaitan perkembangan emosional dengan fisik, mental, dan psikologi anak. Perkembangan emosional anak sangat erat kaitannya dengan perkembangan fisik dan mental. Salah satu gambaran proses dan hasil penelitian tentang pengaruh perubahan emosi terhadap perubahan fisik (jasmanai) individu dapat diperoleh berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Conan (Samsu Yusuf).
Menurut penelitian Conan menunjukkan bahwa perkembangan emosi dan perubahan yang nyata akan berpengaruh atau menyebabkan perubahan pada berbagai dimensi fisik. Pengaruh emosi pada fisik mental seseorang akan membawa pada melemahnya kemampuan mengingat. Akibat umum terjadi karena kurangnya stimulasi kasih saying pada anak-anak ialah keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan fisik.
Emosi anak yang terlantar akan mempengaruhi perkembangan motorik anak diantaranya perkembangan kemampuan untuk duduk, berdiri, dan berjalan menjadi terhambat. Keadaan ini cenderung menimbulkan masalah disertai kondisi lain yang tidak menyenangkan, anak menjadi tidak bahagia, bahkan sampai pada perilaku anti sosial, kepribadian psikopatis, psikonerosis, atau bentuk tertentu dari psiskonerasis seperti sehizophrenia (sikap memberontak pada fase perkembangan remaja), perkawinan dan pekerjaan serta sikap buruk terhadap hokum pada masa dewasa.
Bentuk hubungan emosional dengan aktivitas kehidupan, diantaranya yaitu:
·  Ternyata emosi yang melekat pada seorang anak akan mewarnai pandangannya terhadap kehidupan dan dimensinya.
·  Emosi akan sangat mempengaruhi interaksi sosial seorang anak.
·  Reaksi emosional apabila diulang-ulang akan berkembang menjadi suatu kebiasaan.
DAFTAR PUSTAKA

Hurlock, E.B. 1990. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehiudpan. Jakarta: Erlangga.

Hurlock, E.B. 1988. Perkembangan Anak Jilid I. Jakarta: Erlangga

Tidak ada komentar:

Posting Komentar