Minggu, 23 Desember 2012

psikologi aud



MAKALAH
PSOKOLOGI PERKEMBANGAN AUD II
PERKEMBANGAN EMOSI AUD











Disususn oleh
debi yatri
54418







JURUSAN PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGRI PADANG
2012
PERKEMBNGAN EMOSI AUD

  1. HAKIKAT PERKEMBANGAN EMOSI
Pada umumnya perbuatan kita sehari-hari disertai oleh perasaan- perasaan tertentu, yaitu perasaan senang atau perasaan tidak senang. Perasaan senang atau tidak senang yang selalu menyertai perbuatan- perbuatan kita sehari-hari itu disebut warna efektif. Warna efektif ini kadang-kadang kuat, kadang-kadang lemah atau samar-samar saja. Emosi adalah sebagai sesuatu suasana yang kompleks (a complex feeling state) dan getaran jiwa ( a strid up state) yang menyertai atau munculnya sebelum dan sesudah terjadinya perilaku. (Syamsudin, 2005:114).
Perbedaan antara perasaan dan emosi tidak dapat dinyatakan dengan tegas, karena keduanya merupakan suatu kelangsungan kualitatif yang tidak jelas batasnya. Pada suatu saat tertentu, suatu warna efektif dapat dikatakan sebagai perasaan, tetapi juga dapat dikatakan sebagai emosi. Jadi, sukar sekali kita mendefinisikan emosi. Oleh karena itu, yang dimaksudkan dengan emosi di sini bukan terbatas pada emosi atau perasaan saja, tetapi meliputi setiap keadaan pada diri seseorang yang disertai dengan warna efektif, baik pada tingkat yang lemah (dangkal) maupun pada tingkat yang (mendalam).
Jadi emosi adalah pengalaman afektif yang disertai penyesuaian dari dalam diri individu tentang keadaan mental dan fisik dan berwujud suatu tingkah laku yang tampak. Emosi sebagai suatu peristiwa psikologis mengandung ciri–ciri sebagai berikut :
·               Lebih bersifat subyektif daripada peristiwa psikologis lainnya, seperti pengamatan dan berpikir.
·                Bersifat fluktuatif ( tidak tetap ).
·                Banyak bersangkut paut dengan peristiwa pengenalan panca indera.

      Mengenai ciri – ciri emosi ini dapat dibedakan antara emosi anak dan emosi pada orang dewasa sebagai berikut :

EMOSI ANAK
1. Berlangsung singkat dan berakhir tiba-tiba
2 .Terlihat lebih hebat dan kuat
3. Bersifat sementara/dangkal
4. Lebih sering terjadi
5. Dapat diketahui dengan jelas dari tingkah lakunya

EMOSI ORANG DEWASA
1. Berlangsung lebih lama dan berakhir dengan lambat
2. Tidak terlihat hebat/kuat
3. Lebih
4. Jarang terjadi
5. Sulit diketahui karena lebih pandai menyembunyikannya
Membedakan satu emosi dari emosi lainnya dan menggolongkan emosi-emosi yang sejenis ke dalam satu golongan atau satu tipe adalah sangat sukar dilakukan karena hal-hal yang berikut ini:
a. Emosi yang sangat mendalam (misalnya sangat marah atau sangat takut) menyebabkan aktivitas badan yang sangat tinggi, sehingga seluruh tubuh diaktifkan, dan dalam keadaan seperti ini sukar untuk menentukan apakah seseorang sedang takut atau sedang marah.
b. Satu orang dapat menghayati satu macam emosi dengan berbagai cara. Misalnya, kalau marah ia mungkin gemetar di tempat, tetapi lain kali mungkin ia memaki-maki, dan lain kali lagi ia mungkin lari.
c. Nama yang umumnya diberikan kepada berbagai jenis emosi biasanya didasarkan pada sifat rangsangnya bukan pada keadaan emosinya sendiri. Jadi, "takut" adalah emosi yang timbul terhadap suatu  yang bahaya, "marah" dalah emosi yang timbul terhadap sesuatu yang menjengkelkan.
d. Pengenalan emosi secara subyektif dan introspektif, juga sukar dilakukan karena selalu saja akan ada pengaruh dari lingkungan.
Pertumbuhan dan perkembangan emosi, seperti juga pada tingkah laku lainnya, ditentukan oleh proses pematangan dan proses belajar. Seorang bayi yang baru lahir sudah dapat menangis, tetapi ia hampir mencapai tingkat kematangan tertentu sebelum ia dapat tertawa. Kalau anak itu sudah lebih besar, maka ia akan belajar bahwa menangis dan tertawa dapat digunakan untuk maksud-maksud tertentu pada situasi- situasi tertentu.
Pada bayi yang baru lahir, satu-satunya emosi yang nyata adalah kegelisahan yang nampak sebagai ketidaksenangan dalam bentuk menangis dan meronta.
Pengaruh kebudayaan besar sekali terhadap perkembangan emosi, karena dalam tiap-tiap kebudayaan diajarkan cara menyatakan emosi yang konvensional dan khas dalam kebudayaan yang bersangkutan, sehingga ekspresi emosi tersebut dapat dimengerti oleh orang-orang lain dalam kebudayaan yang sama. Klineberg pada tahun 1938 menyelidiki literatur-literatur Cina dan mendapatkan berbagai bentuk ekspresi emosi yang berbeda dengan cara-cara yang ada di dunia Barat. Ekspresi-ekspresi itu antara lain :
a. Menjulurkan lidah kalau keheranan.
b. Bertepuk tangan kalau kuatir.
c. Menggaruk kuping dan pipi kalau bahagia.
  1. JENIS-JENIS EMOSI
Stewart at all ( 1985) mengutarakan perasaan senang, marah,takut, dan sedih sebagai basic emotions.
a.       Gembira
Setiap orang pada berbagai usia, mulai dari bayi hingga orang yang sudah besar mengenal perasaan yang menyenangkan. Pada umumnya perasaan gembira dan senang diekspresikan dengan tersenyum, atau tertawa. Dengan perasaan menyenangkan seseorang dapat merasakan cinta, dan kepercayaan diri. Perasaan gembira ini juga ada dalam aktivitas kreatif pada saat menemukan sesuatu. Mencapai kemenangan ataupun aktivitas reduksi stress ( izard dalam stewart,1985)

b.      Marah
Emosi marah terjadi pada saat individu merasa dihambat. Frustasi karena tidak mencapai yang diinginkan, dicerca orang, diganggu atau dihadapkan pada suatu tuntutan yang berlawanan dengan keinginanya. Perasaan marah ini membuat orang seperti ingin menyerang musuhnya. Kemarahan membuat individusangant bertenaga dan mengikuti nafsunya. Ia membuat otot kencang da n otot wajah merah, bartlet dan izart ( stewart, 1985 ) menguraikan ekspresi wajah tatkala marah yang ditandai dengan dahi yang berkerut, tatapan tajam pada objek pencetus kemarahan, membesarnya cuping hidung, bibir ditarik kebelakang, memperlihatkan gigi yang mencengkeram, dan seringkali ada rona merah dikulit.

c.       Takut
Perasaan takut merupakan bentuk emosi yang menunjukan adanya bahaya. Menururt Helen ross ( dalam simanjuntak, 1984 ) perasaan takut adalah suatu perasaan yang hakiki dan erat hubunganya dengan upaya mempertahankan diri. Stewart ( 1985 ) mengatakan bahwa perasaan takut mengembangkan sinyal-sinyal aanya bahay dan menuntun individu untuk bergerak dan bertindak. Perasaan takut ditandai oleh perubahan fisiologis, seperti mata melebar, berhati-hati, berhenti bergerak, baan gemetar, menangis, bersembunyi, melarikan diri atau berlindung dibelakang punggung orang lain.

d.      Sedih
Dalam kehidupan individu akan merasa sedih pada saat ia berpisah dari yang lain, terutama berpisah dengan orang-orang yang dicintai. Perasaan tersaing, ditinggalkan, ditolak, atau tidak diperhatikan dapat membuat individu bersedih. Selanjutnya stewart at all ( 1985 ) mengungkapkan bahwa ekspresi kesedihan individu biasanya ditandai dengan alis dan kening mengkerut ke atas dan mendalam, kelopak mata ditarik keatas, ujung mulut ditarik ke bawah, serta dagu di angkat pada pusat bibir bagian bawah.
           
Klasifikasi emosi positif dan negative sebagaimana yang dikemukakan oleh reynold (1987) tersebut adalah sebagai berikut.
  1. Emosi positif
Rela, lucu, kegembiraan/ keceriaan, kesenangan/kenyamanaan, rasa ingin tahu, kebahagiaan, kesukaan, rasa cinta/kasih saying, ketertarikan / takjub.
  1. Emosi negative
Tidak sabaran, kebimbangan, rasa marah, kecurigaan, rasa cemas, rasa bersalah, rasa cemburu, rasa jengkel, rasa takut, dpresi, kesedihan, rasa benci.

  1. INTENSITAS EMOSI
Intensitas emosi yaitu tingkat ukuran emosi, yang mana pada perkembangan sosial emosional aud, sebagaimana yang diungkapkan dalam buku kelas yang berpusat pada anak ( cri: 2000 )
    1. Anak usia 3 tahun, diharapkan dapat memilih teman bermain, memulai interaksi sosial dengan anak lain, berbagi mainan, bahan ajar atau makanan, meminta izin untuk memakai benda orang lain, mengekspresikan sejumlah emosi melalui tindakan, kata-kata atau ekspresi wajah
    2. Anak usia 3 tahun 6 bulan diharapkan dapat menunggu atau menunda keinginan selama menit, menikmati kedekatan sementara dengan salah satu tean bermain.
    3. Anak usia 4 tahun diharapkan dapat menunjukan kebanggaan terhadap keberhasilan, membuat sesuatu karena imajinasi yang dominan, memecahkan masalah dengan teman melaui proses pengantian, persuasi dan negosiasi.
    4. Anak usia 4 tahun 6 buan diharapkan dapat menunjukan rasa percaya diri, dalam mengerjakan tugas, menceritakan kejadian atau pengalaman yang baru berlalu, lebih menyukai ditemani teman sebaya di banding orang dewasa, menyatakan alasan untuk alasan orang lain, menggunakan barang-barag milik orang lain dengan hati-hati, menghentikan perilaku yang tidak pantas karena satu kali teguran
    5. Anak usia 5 tahun, memiliki beberapa kawan, memuji, member semangat atau dorongan anak lain,
    6. Anak usia 5 tahun 6 buan, mencari kemandirian lebih banyak, seringkali puas, menikmati hubungan dengan anak lain meski pada saat krisis muncul, menyatakan pernyataan, pernyataan positif mengenai keunikan dan keterampilan, berteman ecara mandiri.
  1. BENTUK-BENTUK EKSPRESI EMOSI AUD
Adapun bentuk-bentuk emosi umum terjadi pada awal masa kanak-kanak sebagaimana yang dikemukakan Hurlock ( 1993:117 ) adalah sebagai berikut.
a)      Amarah
Marah seringkali muncul sebagai reaksi terhadap frustasi, sakit hati, dan merasa terancam. Pada umumnya, frustasi atau keinginan yang tidak terpenuhi merupakan hal yang paling sering menimbulkan kemarahan pada tiap tingkat usia. Dibandingkan rasatakut, rasa marah, lebih sering muncul pada masa kanak-kanak. Ini disebabkan rangsangan-rangsangan untuk marah lebih sering dialami anak ketimbang rangsangan yang menimbulkan rasa takut. Selain itu dalam tahun-tahun pertama, anak sering belajar dari pengalaman bahwa dengan marah keinginanaya akan terpenuhi. Menurut harlock ( 1991 ) reaksi marah umumnya bisa  dibedakan menjadi dua kategori besar, yaiut:
·         Marah yang impulsive biasanya disebut juga agresi. Marah jenis ini ditujukan langsung pada orang lain binatang atau objek, bias dalam bentuk reaksi fisik, bias pula verbal, bias ringan, bias ringan atau intens. Amukan atau tempertantrum adalah hal yang bias dijumpai pada anak-anak.
·         Marah yang terhambat adalah marah yang tidak dicetuskan karena dikendalikan atau ditahan. Biasanya anak-anak bereaksi menarik diri, melarikan diri dari anak atau orang lain yang menyebabkan ia marah, biasanya ia bersikap lesu masa bodoh atau tidak berani.
b)      Takut
Berkenaan dengan rasa takut ini Hurlock ( 1991) mengemukakan adanya reaksi emosi yang berdekatan dengan reaksi takut, yaitu shyness atau rasa malu, embarrassment atau merasa kesulitan, khawatir dan anxiety atau cemas  adapun penjelasan masing-masing dapat kita ikuti berikut ini.
·               Skyness atau malu adalah reaksi takut yang ditandai dengan rasa segan berjumpa dengan orangyang dianggap asing. Sejak usia enam bulan anak mulai mengalami kematangan secara intelektual, keadaan ini menyebabkan mereka mul;ai mampu membedakan antar orang yang dikenalnya dan tidak dikenalnya, namun pada usia ini mereka belum matang untuk memahami bahwa orang yang tidak dikenalnya tidak mengancam dirinya.
·               Embarrassment merasa sulit tidak mampu atau malu melakukan sesuatau merupakan reaksi takut akan penilaian orang lain pada dirinya. Timbulnya reaksi ini karena anak sudah mampu memahami harapan dan penilaian yang dapat diperoleh dari lingkunagan social.
·               Khawatir timbul disebabkan oleh rasa takut yang dibentuk oleh pikiran anak sendiri, biasanya mengenai hal-hal khusus, misalnya takut dihukum orang tua, takut sekolah, takut terlambat, dll.
·               Anxiary atau cemas, merupakan perasaan takut sesuatu yang tidak jelas dan dirasakan oleh anak sendiri karena sifatnya subjectif.
c)      Cemburu
Ada tiga penyebab utama yang menimbulkan kecemburuan pada masa kanak-kanak yaitu sebagai berikut.
·               Cemburu yang terjadi dimasa kanak-kanak biasanya berasal dari kondisi rumah misalnya kehadiran adik baru.
·               Situasi social disekolah juga bias menjadi penyebab timbulnya rasa cemburu pada anak.
·               Cemburu pada anak juga bias timbul karena anak merasa saudaranya atau anak yang lain memiliki mainan yang lebih bagus.
d)     Ingin tahu
Rasa ingin tahu yang besar merupakan perilaku khas anak prasekolah. Bagi mereka kehidupan ini sangat menarik dan ajaib untuk dieksplorasikan bagi anak usia dini tidak ada perbedaan antara ulat bulu dengan teleskop jarak jauh.
e)      Iri hati
Iri hati muncul padasaat anak merasa ia tidak memperoleh perhatian yang diharapkan sebagaimana yang diperoleh teman atau kakanya. Perasaan iri hati muncul lebih bersifat emosi negative.
f)       Senang/gembira
Pada anak balita kegembiraan biasanya terlihat saat ia bermain dengan anak-anak seusianya, terutama saat ia bisa menunjukan kemampuan yang lebih dari teman-temanya. Dengan bertambahnya usia anak pun akan belajar mengekspresikan kegembiraanya dalam cara-cara yang diterima oleh lingkungan.


g)      Sedih
Perasaan sedih merupakan emosi negative yang kemunculanya didorong oleh perasaan kehilangan atau ditinggalkan oleh orang yang disayangainya.
h)      Kasih saying
Kasih saying merupakan emosi positif yang sangat penting keberadaanya. Ia menjadi dasar berbagai macam perilaku emosi dan kepribadian yang sehat, kekurangan kasih saying pada awal masa kanak-kanak dapat berdampak buruk terhadap pembentukan kepribadianya di masa depan.
  1. PERANAN BERMAIN DALAM PENYALURAN EMOSI AUD
Aktivitas bermain bagi seorang anak memiliki peranan yang cukup besar dalam mengembangkan kecakapan sosialnya sebelum anak mulai berteman. Aktivitas bermain menyiapkan anak dalam menghadapi pengalaman sosialnya. Sikap yang dapat dikembangkan melalui kegiatan bermain antara lain:
1.      Sikap social
Bermain mendorong anak untuk meninggalkan pola berpikir egosentrisnya. Dalam situasi bermain anak dipaksa untuk mempertimbangkan sudut pandang teman bermainya sehingga ia menjadi kurang egosentris. Dalam permainan, anak belajar bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama.
2.      Belajar berkomunikasi
Untuk dapat bermain dengan baik bersama orang lain, anak harus bisa mengerti dan dimengerti oleh teman-temanya. Hal ini mendorong anak untuk belajar bagaimana berkomunikasi dengan baik, bagaimana membentuk hubungan social, bagaiman menghadapi dan memecahkan masalah-masalah yang timbul dalam hubungan tersebut.
3.      Belajar mengorganisasi
 Saat bermain bermain bersama orang lain, anak juga berkesempatan belajar berorganisasi bagaiman ia harus melakukan pembagian peran diantara mereka yang turut serta dalam permainan tersebut, misalnya siapa yang menjadi guru dan siapa yang menjadi muridnya
4.      Lebih menghargai orang lain dan perbedaan-perbedaan
Bermain memungkinkan anak mengembangkan kemampuan empatinya. Saat bermain dalam sebuahperan, misalnya anak tidak hanya memerankan identitas si tokoh, tapi juga pikiran-pikiran dan perasaan-perasaan tokoh tersebut.
5.      Menghargai harmoni dan kompromi
Saat dirinya semaikin luas dan kesempatan berinteraksi semakin sering dan bervariasi maka akan tumbuh kesadaranya akan makna peran social, persahabatan, perlunya menjalin hubungan serta perlunya strategi dan diplomasi dalam berhubungan dengan orang lain, anak tidak akan begitu saja merebut mainan teman, misalnya karena ia tahu akan konsekuensi ditinggalkan atau dimusuhi.
























DAFTAR PUSTAKA

Chatarina, Wahyurini & Yahya Ma’shum. 2006. Iiih … Emosi Banget Deh. Jakarta : Pustaka Gramedia

Dirgagunarsa, singgih. 1978. Pengantar Psikologi. Jakarta: Mutiara
Syaodih, Nana dan Moh. Surya. 1978. Pengantar Psikologi.
Bandung: IKIP

Nugraha,Ali, dkk.2005.metode pengembangan sosial emosional.universitas terbuka:Jakarta

perkembangan emosional




KONSEP DASAR PERKEMBANGAN EMOSIONAL

V.    Fungsi Emosi Dalam Kehidupan
Emosi merupakan sesuatu yang muncul setiap hari, bahkan setiap saat dalam kehidupan kita. Emosi merupakan suatu pola yang kompleks dari perubahan yang terdiri dari reaksi fisiologis, perasaan-perasaan yang subyektif, proses kognitif, dan reaksi perilaku, yang semuanya itu merupakan respon atas situasi yang kita terima. Kita mengenal beberapa emosi dasar, yaitu kegembiraan, kesedihan, ketakutan, kemarahan, dan kejenuhan.
Selain itu kita juga mengenal adanya emosi positif, seperti kegembiraan, dan emosi negatif, seperti kemarahan dan kesedihan, meskipun suatu emosi itu dapat menjadi emosi yang berdampak positif maupun negatif tergantung dari situasinya. Emosi positif dapat berfungsi sebagai pelindung. Emosi positif dapat melindungi individu dari emosi negatif bahkan dalam keadaan stress sekalipun. 
Zautra dan kawan-kawan (dalam Ong dkk, 2004) memperkenalkan sebuah konsep yang disebut dynamic affect (DA) yang berguna untuk mengetahui bagaimanakah emosi positif dapat mempengaruhi emosi negatif selama periode yang stressful. Dia menemukan bahwa DA model memunculkan emosi baik positif maupun negatif selama menghadapi stress. Dalam penelitiannya, Ong dkk meneliti tentang fungsi emosi positif selama masa penyesuaian setelah kematian pasangan. Kematian pasangan dan proses penyesuaiannya merupakan situasi yang stressful bagi partisipan. Hasil yang dicapai adalah bahwa hubungan stress yang dialami sehari-hari dan gejala-gejala depresi, akibat kematian pasangan, akan melemah bila emosi positif hadir diantaranya (Ong dkk, 2004).
Penelitian lain yang mendukung hal tersebut adalah penelitian yang dilakukan oleh Fredrickson dkk. Dia meneliti efek emosi positif setelah serangan WTC pada tanggal 11 September 2001. Partisipannya memang bukan orang yang berhubungan langsung dengan korban WTC, akan tetapi serangan tersebut menjadi sebuah traumatic event bagi warga Amerika. Sehingga secara tidak langsung kejadian itu juga berpengaruh pada emosi mereka. Penelitian ini pun mendapatkan hasil bahwa pengalaman atas emosi positif dapat menjadi penahan atau pelindung dari depresi akibat kejadian traumatik (Fredrickson, 2003).

Dari kedua penelitian tersebut, kita dapat mengetahui betapa bergunanya emosi positif dalam kehidupan sehari-hari kita. Selain menjadi pelindung dari gejala depresi atau stress, dalam proses terapi pengalaman akan emosi positif juga digunakan menjadi salah satu metode. Mengapa terapi yang menggunakan metode relaksasi, dimana orang yang diterapi diminta untuk memanggil kembali pengalamannya yang menyenangkan, menjadi metode yang efektif dapat dijelaskan melalui penelitian ini.
Emosi positif, selain berfungsi sebagai pelindung, juga mempengaruhi proses negosiasi. Van Kleef dkk meneliti hal tersebut. Mereka menemukan bahwa jika dalam sebuah negosiasi seorang individu menghadapi lawan yang pemarah, maka ia akan menetapkan target yang lebih rendah daripada jika dihadapkan pada lawan yang menyenangkan (Van Kleef dkk, 2004). Hasil dari penelitian tersebut dapat diaplikasikan dalam bidang komunikasi, terutama komunikasi yang menggunakan media komputer mengingat penelitian menggunakan komputer sebagai mediator. Dengan penelitian ini, kita mendapatkan bukti empirik bahwa emosi berpengaruh pada pengambilan keputusan pada negosiasi yang menggunakan mediator komputer (Van Kleef dkk, 2004).
Kita telah mengetahui bagaimanakah pengaruh marah, yang merupakan salah satu emosi negatif, pada proses negosiasi yang menggunakan komputer sebagai mediator. Dan melalui penelitian yang dilakukan oleh Carels dkk kita dapat mengetahui pengaruh mood negatif terhadap kesehatan. Penelitian Carels dkk menggunakan partisipan yang mempunyai penyakit jantung. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh mood negatif terhadap cardiac arrhythmia (detak jantung yang tidak teratur). Hasil dari penelitian ini mengindikasikan bahwa gabungan antara mood negatif dan cardiac arrhtythmia dalam frekuensi yang tinggi terjadi lebih sering pada pasien yang mempunyai gangguan fungsi jantung yang parah (Carels dkk, 2003). Dapat ditarik kesimpulan bahwa mood negatif kurang baik untuk pasien dengan gangguan fungsi jantung yang parah.

Pentingnya Emosi Dalam Kehidupan Anak Usia Dini
Emosi sangat penting dalam memunulkan dan mendorong kesadaran diri, mendorong perkembangan motorik, kognitif, dan tingkah laku sosial anak. Para ahli menemukan bahwa anak-anak yang perkembangan emosinya sehat sewaktu usia dini cenderung beremosi sehat setelah dewasa seperti: control diri yang kuat, memiliki gairah hidup, memiliki motivasi diri, mandiri dan sebagainya. Sebaliknya anak yang selama usia dini beremosi buruk seperti suka marah, cemas, takut, cenderung beremosi buruk setelah dewasa, kurang memiliki kontrol diri dan mudah frustasi. Dengan pernyataan-pernyataan emosional, anak bisa mengkomunikasikan kebutuhan dan keinginannya dan membekali seseorang dengan cara untuk menguasai dunia sekitar mereka.
VI. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Emosional
Sejumlah studi tentang emosi anak menyingkapkan bahwa perkembangan emosi mereka bergantung sekaligus pada faktor pematangan (maturation) dan faktor belajar, dan tidak semata-mata bergantung pada salah satunya. Reaksi emosional yang tidak muncul pada awal masa kehidupan tidak berarti tidak ada. Reaksi emosional itu mungkin akan muncul dikemudian hari, dengan adanya pematangan dan sistem endokrin.
Pematangan dan belajar berjalin erat satu sama lain dalam mempengaruhi perkembangan emosi sehingga pada saatnya akan sulit untuk menentukan dampak relatifnya.
Ø Peran Pematangan
Perkembangan intelektual menghasilkan kemampuan untuk memahami makna sebelumnya yang tidak dimengerti, memperhatikan satu rangsangan dalam waktu yang lebih lama, dan memutuskan ketegasan emosi pada satu obyek . Demikian pula kemampuan mengingat dan menduga mempengaruhi reaksi emosional. Dengan demikian anak-anak yang rekatif terhadap rangsangan yang tadinya tidak mempengaruhi mereka pada usia yang lebih muda.
Perkembangan kelenjar endokrin penting untuk mematangkan perilaku emosional. Bayi secara relaktif kekurangan produksi endokrin yang diperlukan untuk menopang reaksi fisiologis terhadap stress. Kelenjar adrenalin yang memainkan peran utama pada esi mengecil serta tajam segera setelah bayi lahir. Tidak lama kemudian kelenjar itu mulai membesar lagi, dan membesar dengan pesat sampai anak berusia 5 tahun, pembesaran melambat pada usia 5 sampai 11 tahun, dan membesar lebih pesat lagi sampai anak berusia 16 tahun. Pada usia 16 tahun kelenjar tersebut mencapai kembali ukuran semula seperti saat anak baru lahir. Hanya sedikit adrenalin yang diproduksi dan dikeluarkan sampai saat kelenjar itu membesar. Kegiatan belajar turut menunjang perkembangan emosi. Metode belajar yang menunjang perkembangan emosi, antara lain :
·         Belajar dengan coba-coba
Anak belajar dengan coba-coba untuk mengekspresikan emosi dalam bentuk perilaku yang memberikan pemuasan terbesar kepadanya, dan menolak prilaku yang memberikan pemuasan sedikit atau sama sekali tidak memberikan kepuasan. Cara belajar ini lebih umum digunakan pada masa kanak-kanak awal dibandingkan dengan sesudahnya, tetapi sepanjang perkembangannya tidak pernah ditinggalkan sama sekali.
·         Belajar dengan cara meniru
Dengan cara mengamati hal-hal yang membangkitkan emosi orang lain, anak-anak bereaksi dengan emosi dan metode ekspresi yang sama dengan orang-orang yang diamati. Contoh, anak yang peribut mungkin menjadi marah tehadap teguran guru. Jika ia seorang anak yang popular di kalangan teman sebayanya mereka juga akan ikut marah pada guru tersebut.
·         Belajar dengan cara mempersamakan diri
Anak menirukan reaksi emosional orang lain yang tergugah oleh rangsangan yang sama dengan rangsangan yang telah membangkitkan emosi orang yang ditiru. Disini anak hanya yang menirukan orang yang dikagumi dan mempunyai ikatan emosional yang kuat dengannya.
·         Belajar melalui pengkondisian
Dengan metode ini objek situasi yang pada mulanya gagal memancing reaksi emosional, kemudian dapat berhasil dengan cara asosiasi. Pengkondisian terjadi dengan mudah dan cepat pada tahun-tahun awal kehidupan karena anak kecil kurang mampu manalar, kurang pengalaman untuk menilai situasi secara kritis, dan kurang mengenal betapa tidak rasionalnya reaksi mereka. Setelah melewati masa kanak-kanak, penggunaan metode pengkondisian semakin terbatas pada perkembangan rasa suka dan tidak suka.
·         Pelatihan atau belajar di bawah bimbingan dan pengawasan, terbatas pada aspek reaksi
Kepada anak diajarkan cara bereaksi yang dapat diterima jika sesuatu emosi terangsang. Dengan pelatihan, anak-anak dirangsang untuk bereaksi terhadap rangsangan yang biasanya membangkitkan emosi yang menyenangkan dan dicegah agar tidak bereaksi secara emosional terhadap rangsangan yang membangkitkan emosi yang tidak menyenangkan.
Anak memperhalus ekspresi-ekspresi kemarahannya atau emosi lain ketika ia beranjak dari masa kanak-kanak ke masa remaja. Peralihan pernyataan emosi yang bersifat umum ke emosinya sendiri yang bersifat individual ini dan memperhalus perasaan merupakan bukti/petunjuk adanya pengaruh yang bertahap dan latihan serta pengendalian terhadap perilaku emosional.
Mendekati  berakhirnya usia remaja, seorang anak telah melewati banyak badai emosional, ia mengalami keadaan emosional yang lebih tenang yang mewarnai pasang surut kehidupannya. Ia juga telah belajar dalam seni menyembunyikan perasaan-perasaannya. Hal ini berarti jika ingin memahami remaja, kita tidak hanya mengamati emosi-emosi yang secara terbuka yang ia tampakkan tetapi perlu berusaha mengerti emosi yang disembunyikan.
Jadi, emosi yang ditunjukan mungkin merupakan selubung/tutup bagi yang disembunyikan, seperti contohnya seorang yang merasa ketakutan tetapi menunjukan kemarahan, dan seorang yang sebenarnya hatinya terluka tetapi malah ia ketawa, sespertinya ia merasa senang.

VII.   Perbedaan Individual Dalam Ekspresi Emosional
Dengan meningkatnya usia anak, semua emosi diekspresikan secara lunak karena mereka telah mempelajari reaksi orang lain terhadap luapan emosi yang berlebihan, sekalipun emosi itu berupa kegembiraan atau emosi yang menyenangkan lainnya. Adapun karena anak-anak mengekang sebagian ekspresi emosi mereka, emosi tersebut cenderung berahan lebih lama daripada jika emosi itu diekspresikan secara lebih terbuka. Oleh kerena itu, ekspresi emosional mereka menjadi berbeda-beda.
Dan perbedaan itu sebagian disebabkan oleh keadaan fisik anak pada saat itu dan taraf kemampuan intelektualnya. Anak yang sehat cenderung kurang emosional dibandingkan dengan anak yang kurang sehat. Jika dilihat sebagai anggota suatu kelompok, anak-anak yang pandai bereaksi lebih emosional terhadap berbagai macam rangsangan dibandingkan dengan anak yang kurang pandai bereaksi. Tetapi sebaliknya mereka lebih dapat mampu mengendalikan emosi.
Dalam sebuah keluarga, anak laki-laki lebih sering dan lebih kuat mengekspresikan emosi yang sesuai dengan jenis kelamin mereka. Rasa cemburu dan marah lebih umum terdapat di kalangan keluarga besar, sedangkan rasa iri lebih umum terdapat di kalangan keluarga kecil. Rasa cemburu dan ledakan kemarahan lebih umum dan lebih kuat di kalangan anak pertama dibandingkan dengan anak yang lahir kemudian dalam keluarga yang sama.
Cara mendidik yang otoriter mendorong perkembangan emosi kecemasan dan takut, sedangkan cara mendidik yang permisif atau demokratis mendorong berkembangnya semangat dan rasa kasih sayang yang baik.Anak-anak dari keluarga yang berstatus sosial ekonomi rendah cenderung lebih mengembangkan rasa takut dan cemas dibandingkan dengan anak-anak yang berasal dari keluarga yang berstatus sosial ekonomi tinggi.

VIII.    Kaitan Perkembangan Emosional dengan Perkembangan Lain
Keterkaitan perkembangan emosional dengan fisik, mental, dan psikologi anak. Perkembangan emosional anak sangat erat kaitannya dengan perkembangan fisik dan mental. Salah satu gambaran proses dan hasil penelitian tentang pengaruh perubahan emosi terhadap perubahan fisik (jasmanai) individu dapat diperoleh berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Conan (Samsu Yusuf).
Menurut penelitian Conan menunjukkan bahwa perkembangan emosi dan perubahan yang nyata akan berpengaruh atau menyebabkan perubahan pada berbagai dimensi fisik. Pengaruh emosi pada fisik mental seseorang akan membawa pada melemahnya kemampuan mengingat. Akibat umum terjadi karena kurangnya stimulasi kasih saying pada anak-anak ialah keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan fisik.
Emosi anak yang terlantar akan mempengaruhi perkembangan motorik anak diantaranya perkembangan kemampuan untuk duduk, berdiri, dan berjalan menjadi terhambat. Keadaan ini cenderung menimbulkan masalah disertai kondisi lain yang tidak menyenangkan, anak menjadi tidak bahagia, bahkan sampai pada perilaku anti sosial, kepribadian psikopatis, psikonerosis, atau bentuk tertentu dari psiskonerasis seperti sehizophrenia (sikap memberontak pada fase perkembangan remaja), perkawinan dan pekerjaan serta sikap buruk terhadap hokum pada masa dewasa.
Bentuk hubungan emosional dengan aktivitas kehidupan, diantaranya yaitu:
·  Ternyata emosi yang melekat pada seorang anak akan mewarnai pandangannya terhadap kehidupan dan dimensinya.
·  Emosi akan sangat mempengaruhi interaksi sosial seorang anak.
·  Reaksi emosional apabila diulang-ulang akan berkembang menjadi suatu kebiasaan.
DAFTAR PUSTAKA

Hurlock, E.B. 1990. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehiudpan. Jakarta: Erlangga.

Hurlock, E.B. 1988. Perkembangan Anak Jilid I. Jakarta: Erlangga