Minggu, 23 Desember 2012



makalah
metodologi pengembangan agama,moral,disiplin dan afektif
Oleh:
                                                     
debi yatri
54418



Pendidikan guru pendidikan anak usia dini
Fakults ilmu pendidikan
Universitas negeri padang
Padang
2012

Tahap-tahap  perkembangan moral dan agama
A,Perkembangan baik buruk,salah benar usia dini
Upaya penanaman nilai moral secara baik dan benar kepada anak bukanlah masalah sederhana.artinya upaya tersebut tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang tanpa pengetahuan dan keterampilan khusus.
1.Arti perkembangan moral
Perkembangan moral yang terjadi pada seseorang dapat dilihat melalui perilaku moralnya.secara umum dikatakan telah terjadi perkembangan moral pada seseorang,apabila perilakunya menunjukan kesesuiakan dengan nilai moral  dan norma yang berlaku di masyarakat.
Pada tahap awal nilai moral ditanamkan melalui pola asuh yang diterapkan oleh orang tua dan dan gurunya(setelah anak memasuli jenjang pra sekolah). Anak juga bisa mencontoh prilaku moral orang tuanya atau orang dewasa lain yang ada disekitarnya.
a.Perkembngan moral menurut  teori psikoanalisa sigmund freud
Freud menyotori perkembangan moral dengan menyandarkan perkembangan pada perkembangan kepribadian yang terjadi pada anak. Frued secara khusus menekankan pada bagaimana anak merasakan dan membedakan tentang benar dan salah. 
Untuk memperjelas teorinya, frued membagi struktur kepribadian manusia kedalam tiga bagian  masing-masing bagian disebut “id” ini ada pada anak yang berusia satu sampai dua tahun pertama kehidupanya. Sruktur kepribadian yang dissebut “id”  ini yang terlihat adalah: tampil dalam bentuk prilaku yang tidak terkendali, pada tahap ini anak belum mengenal nilai dan norma yang berlaku  dalam masyarakat. 
Struktur kepribadian pada tahap berikutnya yaitu tahap “ego” sruktur ini ada pada diri anak setelah usia dua tahun. Indikator perilakunya adalah: anak mulai belajar mengendalikan dorongan-dorongan dari dalam dirinya,anak  mulai mampu menemukan cara-cara menyelesaikan masalah yang lebih masuk akal dan dapat diterima oleh orang-orang dilingkugan serta menyeleksi perilaku yang boleh dan tidak boleh ditampilkan.
b.Perkembagan moral menurut pandangan behavioristik ( berorientasi perilaku)
Para tokoh behavioristik  menekankan pada peran orang tua sebagai pelatih perilaku moral bagi anak-anaknya. Menurut pandangan ini, semua perilaku termasuk perilaku moral adalah produk dari pemberian reinforcement, hukuman dan model dari orang tua.

Contoh pemberian reinforcement
 Seorang anak  berusia tiga bulan pada awlanya memiliki kebiasaan ngompol. Suatu waktu ia memberitahu pada ibunya bahwa ia ingin pipis. Selanjutnya ibu akan membawa anak tersebut ke kamar mandi sambil membantu anak untuk membuang air kecil.
Agar anak mau mengulang perilakunya (memberi tahu dulu kalau mau pipis), kepada si anak perlu segera diberikan reinforcement (penguat). Reinforcement tersebut dapat diwujudkan dalam bentuk pujian atau hadiah lain yang dapat membuat anak senang.
Contoh pemberian hukuman
Apabila seorang ibu menjumpai anaknya usia tiga tahun menunjukan perilaku bandel kepada anak sebayanya,ibu dapat secara langsung dapat memberiakan hukauman terhadap anaknya. Ibu dapat memberikan teguran dengan ekspresi marah,misalnya dengan megacungkan telunjuk.dengan mulai berkembangnya kemampuan bahasa  pada anak usia tiga tahun,ibu dapat menjelaskan secara verbal kepada anaknya mengapa ia dimarahi. Dengan perasaan takut dimarahi lagi,anak secara berangsur-angsur akan menghantikan kebiasaan nakalnya.
  
B.pengenalan dan pemantapan agama dari lingkungan keluarga
Orang tua wajib membentuk keluarga islami, keluarga yang berkualitas,damai atau keluarga yang sakinah. Salah satu cara untuk menenpuh dan membentuk keluarga demikian adalah dengan menanamkan nilai-nilai agama islam kepada anak-anak sejak dini. Tujuanya adalah agar anak memiliki dasar pribadi yang islami.
       Penanaman nilai agama sangat penting untuk anak supaya mereka memiliki kemampuan antisiptif  dalam  mencegah dan menangkal berbagai pengaruh luar berupa perilaku menyimpang yang tidak sesuai dengan ajaran agama.
Pada mulanya seorang bayi atau anak-anak belum mengenal agama. Agama merupakan sesuatu yang asing bagi mereka. Pemikiran anak-anak masih sangat sederhana, demikian juga dengan perasaanya. Mereka lebih tertarik pada hal-hal yang dapat merangsang panca indranya.
Oleh karena itu hubungan antara orang tua dengan anak-anak didalam keluar mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap pertumbuhan dan perkembangan agama anak-anaknya. Jika seseorang megiginkan anak-anak yang shaleh(taat beragama) maka mulailah dari diri sendidri.
Dengan demikian pertumbuhan agama pada anak-anak telah muncul sejak pendengaran dan penglihatan mereka telah mulai berfungsi. Meskipun demikian, pertumbuhan agama pada anak-anak tidak akan segera muncul atau tumbuh jika stimulus(rangsangan) yang memuat pesan nilai-nilai keagamaan tidak atau kurang menarik perhatian anak-anak.
Tahap-tahap perkembagan disiplin dan emosi
a.    Perkembangan disiplin diri dan kelompok
Perkembangan disiplin yang dialamai oleh anak dipengaruhi oleh beberapa faktor:
1.      Perbedaan usia anak
Anak yang usianya lebih muda memerlukan penanaman disiplin yang lebih ketat.dalam arti, banyak hal yang harus dikenalkan kepada anak di lingkungannya dibandingkan dengan anak yang lebih besar. Kemampuan untuk memahami mengapa sesuatu itu dilarang atau dibolehkan oleh orang tua masih sangat kurang terbatas. Kebatasan komunikasi verbal, baik untuk memahami pembicaraan orang lain maupun menyatakan pendapatnya secara verbal, menyebabkan orang tua atau guru harus mengunakan cara yang berbeda dari cara yang mereka gunakan untuk menghadapi anak yang lebih besar. Anak yang berada pada masa “negativistik” akan lebih bermanfaat kiranya apabila orang tua, guru memberikan tekanan pda hal-hal yang positif kedalam diri anak agar berprilaku sesuai dengan yang diharapkan.
Contoh: pada saat mau makan, ibu menyatakan” anak ibu yang pintar dan manis tentu sudah cuci tangan”. Pada waktu bel berbunyi, anak-anak sedang berbaris tidak teratur untuk masuk kelas. Akan lebih efektif  bila guru mengatakan: “anak-anak ibu semua pintar-pintar dan manis-manis, tentu tentu bisa berbaris fengan teratur,tertib,tenang, dan tidak ribut waktu masuk ke dalam kelas.

2.      Adaya perbedaan kepribadian dan sikap anak menyebabkan perbedaan kebutuhan dan jenis disiplin yang mereka butuhkan.
Penanaman disiplin pada diri anak tidak dapat disamaratakan, sebab disiplin yang cocok untuk anak yang satu belum cocok pula bagi anak lain, walaupun usia mereka sama, bagi nak-anak yang peka(sensitif) akan cepat menyadari kesalahanya hanya dengan melihat pandangan mata orang tua atau gurunya.
Anak tahu bahwa perbuatan itu tidak baik dilakukan.

3.      Perbedaan jumlah anggota keluarga menyebabkan perbedaan akan kebutuhan disipilin.
Jumlah anggota keluarga dapat menentukan porsi disiplin yang diperlukan. Anak dari keluarga besar(anggota keluarganya banyak/lebih membutuhkan disiplin dari pada anak berasal dari keluarga kecil). Dalam keluarga besar perhatian orang tua tidak terfokus satu atau dua orang anak, tetapi terbagi kebanyak anak. Hal yang demikian menyebabkan perhatian dan pengawasan yang diberikan orang menyebabkan perhatian dan pengawasan yang diberikan orang tua terhadap anak relatif kurang, dibandingkan dengan keluarga kecil.  
              
b.    Penghargaan akan waktu dan aturan-aturan

Pada waktu tertentu(makan,mandi,tidur dan menyelesaikan pekerjaan rumah) baik orang tua,guru, tidak dapat menerima prilaku seenaknya dari anak-anak tersebut. “seenaknya” disini dalam artian kegiatan tersebut dilakukan tidak beraturan, kadang-kadang mau melakukan,kadang-kadang tidak. Kalau dilakukan asal-asalan saja. Contoh: makan sembarang tempat dan bekas makanan berserakan dimana-mana,tidur larut malam atau disembarang tempat,di kursi, di lantai sehinggga setiap malam orang tuanya harus memindahkannya ke kamar tidur.
Jadi pada saat tertentu yaitu waktu bermain, orang tua dapat menerima cara anak memainkan mainanya dengan cara yang ia inginkan, tetapi pada saat-saat makan,tidur,mandi dan menyelesaikan pekerjaan rumah, aturan disiplin yang berlaku dilingkungan sosial anaklah yang harus dilaksanakan.
       
c.     Perkembangan emosi dan cara mengendalikanya
          Seorang anak pada awalnya hanya mampu menampilkan rasa senang dengan rasa tertawa, bila ia merasa nyaman dan menampilkan rasa  tidak senang dengan cara menagis bila merasa tidak nyaman. Rasa tidak nyaman dapat disebabkan oleh rasa lapar, sakit,popoknya basah, kedinginan dan lain-lain.
Pada akhirnya masa bayi (kira-kira usia 2 tahun) menurut seorang tokoh psikologi perkembagan, diharapkan jumlah dan macam reaksi emosi yang dapat ditampilkanya telah sama seperti orang dewasa. Ia telah mampu menampilkan rasa marah, takut,cemas,iri,cemburu,simpati (dapat merasakan perasaan orang lain) dan lain-lain seperti halnya perasaan-perasaan yang ditunjukan orang dewasa terhadap orang lain.
 Selain itu anak-anak masih tampak labil artinya perubahan dari satu brentuk emosi kebentuk emosi lain dapat terjadi secara cepat. Dalam keadaan gembira bila tiba-tiba ada sesuatu hal yang membuatnya marah, seketika itu juga ia dapat menjadi marah yang berlebihan, begitu pula sebaliknya bila ia sedang marah di bujuk dengan sesuatu yang membuatnya senang seketika ia dapat meupakan rasa marahnya tersebut. Tetapi pada orang dewasa emosinya sudah stabil perubahan emosi bentuk ke emosi lain tidak berlangsung secara cepat, bila sedang marah walaupun ada hal-hal yang membuatnya senang tidak seketika ia melupakan marahya.    
1.      Biarkan senyum menjadi pelindung anak
Serotonin hanyalah sebuah senyawa kimia,neurottransmiter, tang membentuk reaksi-reaksi emosi kita dengan cara menyampaikan pesan-pesan emosi dari otak keberbagai bagian tubuh.serotonin telah mendapatkan perhatian khusus dalam sepuluh tahun terakhir karena peranya dalam membantu menagani sters dalam mengobati depresi dan ganguan-ganguan kejiwaan lain.
Zat ini biasa membantu anak-anak mengatasi segala macam sters dengan menghalangi berlebihnya masukan ke otak, meningkatnya kadar serotonin mungkin perlu tersenyum. Para ahli menunjukan bahwa ketika anda tersenyum, otot-otot wajah berkontraksi, mengurangi aliran darah menjadi dingin, menurunkan temperatur barang otak, dan memicu produksi serotonin. Apabila kita membuat anak “tersenyum” dan keadaan menjadi lebih baik, ini hal dapat dilakukan oleh orang tua/guru dengan lelucon yang spontan.
2.      Cara mengajar anak mengendalikan emosi
Pelatihan yang berhasil dalam pengendalian amarah dapat membuat anak menyadari perubahan-perubahan dalam tubuh mereka dan dapat berinteraksi untuk menenangkan diri, dengan menarik nafas dalam-dalam atau dengan mengalihkan pelatihan ini dalam situasi-situasi permainan peran, seperti permainan stay clam, dimana anak-anak dihadapkan kepada situasi-situasi yang bisa membuat mereka marah, tetapi sebetuknya yang mereka praktekkan adalah teknik-teknik menenangkan diri.


































DAFTAR PUSTAKA



Berten.2000.etika.jakarta:gramedia pustaka utama

Depdiknas,2000.metode pengembangan agama,moral,disiplin dan afektif: bandung  

Bambang haritan,purnomo. 1994. Memahami dunia anak-anak. Bandung: mandar maju












 

  









Tidak ada komentar:

Posting Komentar