Minggu, 23 Desember 2012

kreativitas


Kreativitas anak
Thursday, 2 July 2009

Bila bakat kreatif tersebut tidak dipupuk maka bakat tersebut tidak akan berkembang, bahkan menjadi bakat terpendam, yang tidak dapat diwujudkan.

http://www.bpplsp-reg-1.go.id/buletin/buletin_icon.php?id=79
 KREATIVITAS ANAK
Oleh :  Prima Dewi Gratia, M.Pd
 Usia dini adalah usia yang paling kritis atau paling menentukan dalam pembentukan  karakter dan kepribadian seseorang. Perolehan kesempatan untuk dapat mengoptimalkan tugas-tugas perkembangan pada usia dini sangat menentukan keberhasilan perkembangan anak selanjutnya.
Setiap orang pada dasarnya memiliki bakat kreatif tanpa kecuali walaupun setiap orang berbeda dalam macam bakat yang dimiliki serta derajat atau tingkat dimilikinya bakat tersebut. Satu hal yang penting adalah bahwa ditinjau dari segi pendidikan, bakat kreatif dapat ditingkatkan, dan karena itu perlu dipupuk sejak dini. Bila bakat kreatif tersebut tidak dipupuk maka bakat tersebut tidak akan berkembang, bahkan menjadi bakat terpendam, yang tidak dapat diwujudkan.
            Untuk memahami kreativitas pada anak-anak, ada satu yang harus membedakan kreativitas dari kecerdasan dan bakat. Ward (1974) menyatakan tentang kreativitas anak-anak dapat dibedakan dari kemampuan kognitif. Studi-studi terakhir menunjukkan  bahwa komponen-komponen dari potensi kreatif dapat dibedakan dari kecerdasan (Moran, 1983). Istilah ”gifted” sering digunakan untuk menyatakan anak yang memiliki kecerdasan tinggi. Wallach (1970) berpendapat bahwa ”kecerdasan dan kreativitas tidak terikat satu sama lain, dan anak yang sangat kreatif bisa saja kecerdasannya tidak tinggi”. Kreativitas tidak hanya di dalam musik, seni, atau penulisan, tetapi juga di dalam ilmu pengetahuan, ilmu kemasyarakatan dan bidang-bidang lain.

            Untuk anak-anak, kreativitas difokuskan pada proses: pembuatan gagasan-gagasan. Penerimaan orang dewasa dari banyaknya gagasan-gagasan  di dalam suasana yang tidak evaluatif akan membantu anak-anak menghasilkan lebih banyak gagasan-gagasan atau bergerak ke langkah yang berikutnya, evaluasi diri. Ketika anak-anak mengembangkan kemampuan untuk evaluasi diri, mutu isu-isu dan pembuatan produk-produk menjadi lebih penting. Penekanan pada usia ini adalah menjelajah kemampuan-kemampuan mereka untuk menghasilkan dan mengevaluasi hipotesis, dan meninjau kembali gagasan mereka yang didasarkan pada evaluasi. Evaluasi oleh yang lain dan ukuran-ukuran untuk produk-produk dengan sebenarnya penting hanya  digunakan anak remaja atau orang dewasa yang lebih tua.
BAGAIMANA ORANG DEWASA MENDORONG KREATIVITAS?
1. Menyediakan lingkungan yang mengizinkan anak untuk menjelajah dan bermain tanpa pengekangan-pengekangan yang tak pantas.
 2. Menyesuaikan diri dengan gagasan-gagasan anak-anak. 
 3. Menerima gagasan-gagasan yang tidak biasa dari anak-anak, pemecahan masalah divergen anak-anak
 4. Mengggunakan pemecahan masalah kreatif di semua bagian-bagian pelajaran. Gunakan masalah yang secara alami tentu saja terjadi di hidup setiap hari
 5. Memberikan waktu untuk anak menjelajah semua berbagai kemungkinan, menggerakkan dari populer ke gagasan-gagasan lebih asli.
 6. Menekankan proses dibanding produk.
 BERMAIN DAN KREATIVITAS
            Kreativitas anak usia dini adalah kreativitas alamiah yang dibawa dari sejak lahir. Kreativitas alami seorang anak usia dini terlihat dari rasa ingin tahunya yang besar. Hal ini terlihat dari banyaknya pertanyaan yang diajukan kepada orang tuanya terhadap sesuatu yang dilihatnya. Adakalanya pertanyaan itu diulang-ulang dan tidak ada habis-habisnya. Selain itu anak juga senang mengutak-atik alat mainannya sehingga tidak awet dan cepat rusak hanya karena rasa ingin tahu terhadap proses kejadian.
      Para ahli menegaskan bahwa kreativitas mencapai puncaknya di usia antara 4 sampai 4,5 tahun. Anak usia prasekolah memiliki imajinasi yang amat kaya sedangkan imajinasi merupakan dasar dari semua jenis kegiatan kreatif. Mereka memiliki “kreativitas alamiah” yang tampak dari perilaku seperti sering bertanya, tertarik untuk mencoba segala sesuatu, dan memiliki daya khayal yang kuat (Kak Seto, 2004:11).
      Menurut Abdurrahman (2005:35), kreativitas anak adalah kemampuan untuk menghasilkan pemikiran-pemikiran yang asli, tidak biasa, dan sangat fleksibel dalam merespon dan mengembangkan pemikiran dan aktivitas. Pada anak usia dini kreativitas akan terlihat jelas ketika anak bermain, di mana ia menciptakan berbagai bentuk karya, lukisan ataupun khayalan spontanitas dengan alat mainannya. Adapun ciri-ciri kreativitas alamiah meliputi: imajinatif, senang menjajaki lingkungan (exploring), banyak mengajukan pertanyaan, mempunyai rasa ingin tahu yang kuat, suka melakukan ”eksperimen”, terbuka untuk rangsangan-rangsangan baru, berminat untuk melakukan macam-macam hal, ingin mendapatkan pengalaman-pengalaman baru, dan tidak pernah  merasa bosan (Majalah Nakita, 2003: 7 edisi Agustus 2003).
Bermain adalah awal dari perkembangan kreativitas, karena dalam kegiatan yang menyenangkan itu, anak dapat mengungkapkan gagasan-gagasan secara bebas dalam hubungan dengan lingkungannya. Oleh karena itu kegiatan tersebut dapat dijadikan dasar dalam mengembangkan kreativitas anak.
            Guilford (dalam Hawadi, 2001:3) dengan analisis faktornya menemukan ada lima ciri yang menjadi sifat kemampuan berpikir kreatif: pertama, kelancaran (fluency) adalah kemampuan untuk memproduksi banyak gagasan. Kedua, keluwesan (flexibility) adalah kemampuan mengajukan bermacam-macam pendekatan atau jalan pemecahan masalah. Ketiga, keaslian (originality) adalah kemampuan untuk melahirkan gagasan-gagasan asli sebagai hasil pemikiran sendiri dan tidak klise. Keempat, penguraian (elaboration) adalah kemampuan untuk menguraikan sesuatu secara terperinci. Kelima, perumusan kembali (redefinition) adalah kemampuan untuk mengkaji kembali suatu persoalan melalui cara dan perspektif yang berbeda dengan apa yang sudah lazim.
 ALASAN PERLUNYA DIKEMBANGKAN KREATIVITAS PADA ANAK
            Dr. Utami Munandar memberikan empat alasan perlunya dikembangkan kreativitas pada anak yaitu: Pertama, dengan berkreasi anak dapat mewujudkan dirinya dan ini merupakan kebutuhan pokok manusia. Kedua, kreativitas atau cara berpikir kreatif, dalam arti kemampuan untuk menemukan cara-cara baru memecahkan suatu permasalahan. Ketiga, bersibuk diri secara kreatif tidak saja berguna tapi juga memberikan kepuasan pada individu. Hal ini terlihat jelas pada anak-anak yang bermain balok-balok atau permainan konstruktif lainnya. Mereka tanpa bosan menyusun bentuk-bentuk kombinasi baru dengan alat permainannya sehingga seringkali lupa terhadap hal-hal lain. Keempat, kreativitaslah yang memungkinkan manusia untuk meningkatkan kualitas dan taraf hidupnya. Dengan kreativitas seseorang terdorong untuk membuat ide-ide, penemuan-penemuan atau teknologi baru yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara luas.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KREATIVITAS
            Kreativitas seseorang berkembang dipengaruhi oleh faktor-faktor internal (diri sendiri) dan eksternal (lingkungan). Faktor-faktor yang bersumber dari diri sendiri, seperti kondisi kesehatan fisik, tingkat kecerdesan (IQ), dan kesehatan mental. Sementara faktor lingkungan yang mendukung perkembangan kreativitas yaitu, (1) orang tua atau pendidik dapat menerima anak apa adanya, serta memberi kepercayaan padanya bahwa pada dasarnya dia baik dan mampu, (2) orang tua atau guru bersikap empati kepada anak, dalam arti mereka memahami pikiran, perasaan, dan perilaku anak, (3) orang tua atau pendidik memberi kesempatan kepada anak untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, dan pendapatnya, (4) orang tua atau pendidik memupuk sikap dan minat anak dengan berbagai kegiatan yang positif, (5) orang tua atau pendidik menyediakan sarana prasarana pendidikan yang memungkinkan anak mengembangkan keterampilannya dalam membuat karya-karya yang produktif-inovatif.
            Kreativitas membutuhkan EQ (kecerdasan emosional). Goleman seorang pakar EQ mengatakan, IQ menyumbang 20 persen saja dalam keberhasilan seseorang sementara 80 persen lainnya ditentukan oleh kekuatan-kekuatan lainnya. Misalnya kesediaan untuk bekerja keras, disiplin, rasa percaya diri, dan termasuk di dalamnya EQ. Kesemuanya faktor penunjang kreativitas ini dapat dibina, dilatih, dan dikembangkan sejak anak berusia dini.
            Antara kreativitas dan intelegensi terdapat perbedaan. Apabila kita mengacu kepada teori Guilford tentang Structure of Intelect (dalam Hawadi, 2001:19) maka intelegensi lebih menyangkut pada cara berpikir konvergen (memusat), sedangkan kreativitas lebih berkenaan dengan cara berpikir divergen (menyebar). Munandar menjelaskan bahwa berpikir konvergen adalah pemberian jawaban atau penarikan kesimpulan yang logis (penalaran) dari informasi yang digunakan dengan  penekanan pada pencapaian jawaban tunggal yang paling tepat. Adapun berpikir divergen (yang juga disebut berpikir kreatif) adalah kemampuan memberikan bermacam-macam jawaban berdasarkan informasi yang diberikan dengan penekanan pada keragaman, jumlah, dan kesesuaian.
            Mengenai hubungan kreativitas dan intelegensi dapat diamati melalui hasil studi para ilmuwan psikologi. Torrance (1965) dalam temuan hasil penelitiannya menjelaskan bahwa anak-anak yang tinggi kreativitasnya memiliki taraf intelegensi (IQ) di bawah rata-rata IQ kelompok sebayanya. Dalam kaitannya dengan keberbakatan (giftedness), Torrance mengemukakan bahwa IQ tidak dapat dijadikan ukuran satu-satunya sebagai kriteria untuk mengidentifikasi anak-anak yang berbakat. Apabila yang digunakan untuk menetukan kriteria keberbakatan hanya IQ, diperkirakan 70% anak yang memiliki tingkat kreativitas  tinggi akan tersingkir dari penyaringan.
 PERAN ORANG TUA DALAM MENGEMBANGKAN KREATIVITAS ANAK
            Kreativitas merupakan kunci sukses dan keberhasilan dalam kehidupan. Orang yang tidak kreatif, kehidupannya statis dan sulit sekali meraih keberhasilan. Dengan keadaan zaman yang sudah mengglobal dan penuh dengan tantangan serta persaingan seperti sekarang ini membutuhkan orang-orang yang kreatif. Begitu bermaknanya kreativitas bagi kehidupan seseorang, maka pendidikan dan pengembangan kreativitas tidak bisa ditunda-tunda, harus dimulai sejak  usia dini. Agar kreativitas anak dapat berkembang secara optimal, maka orang tua atau guru dapat melakukan strategi 4P yaitu ; Pribadi, Pendorong, Proses, dan Produk.
            Pribadi, orang tua harus paham, tiap anak memiliki pribadi berbeda, tiap anak adalah unik. Karena itu kreativitas juga merupakan sesuatu yang unik. Pendorong, untuk mengembangkan kreativitas anak, orang tua harus dapat memberikan dorongan kepada anaknya agar dapat memunculkan motivasi dalam diri anak yaitu motivasi instrinsik dan ekstrinsik. Proses, jika sarana dan prasana sudah tersedia, dorongan sudah ada, maka anakpun akan berproses dan berkreasi. Nah, proses inilah yang penting untuk anak ketika bermain. Ia akan merasa mampu dan senang bersibuk diri secara kreatif. Entah dengan melukis, menyusun balok-balok menjadi sebuah menara dan sebagainya. Hargailah kreasinya tanpa perlu berlebihan. Sebab, secara intuitif anak akan tahu, apakah penghargaan itu tulus atau sekadar basa-basi. Produk, setelah ketiga faktor di atas dipenuhi, maka anakpun akan menghasilkan produk kreatif. Produk kreatif anak usia dini dapat berupa lukisan, alat mainan, bentukan tanah liat. Peran orang tua di sini adalah memberikan penghargaan atas produk-produk yang dihasilkan anak dengan cara memberi pujian atau memajang hasil karya anak.
            Kreativitas anak akan berkembang jika orang tua mempunyai kebiasaan-kebiasaan kreatif seperti teliti, cermat, disiplin, dan keteraturan dalam kehidupan sehari-hari yang dapat dicontoh oleh anak. Selain itu kreatif dalam berkarya seperti membuat alat permainan bersama-sama dengan anak, memanfaatkan bahan-bahan alami yang ada di lingkungan atau bahan bekas kemasan kebutuhan rumah tangga.
            Peran orang tua memegang peranan yang sangat penting dalam memfasilitasi perkembangan kreativitas anak, bukan memaksakan kehendak kepada anak. Karena kreativitas lebih bersifat personal dan privasi, ketimbang sosial dan massal, maka tumbuh kembangnya membutuhkan berbagai interaksi. Menumbuhkembangkan pola interaksi yang positif antara orang tua dengan anak di rumah melalui bermain dengan suasana yang menyenangkan merupakan sarana yang paling baik untuk merangsang dan mengembangkan kreativitas anak.
 
DAFTAR PUSTAKA
 Abdurrahman, J. 2005. Tahapan Mendidik Anak. Bandung: Irsyad Baitus Salam
 Hawadi, R. 2001. Kreativitas. Jakarta:Grasindo
 Moeslichatoen. 1999. Pengembangan Kreativitas Anak. Jakarta: Rineka Cipta
 Munandar, U. 2004. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta
 Safaria, T. 2005. Creativity Quotient. Jogjakarta: Platinum
 Seto. 2004. Bermain dan Kreativitas. Jakarta:Papas Sinar Sinanti
 Supriadi, D. 1997. Kreativitas Kebudayaan dan Perkembangan IPTEK. Bandung: Alfabeta
 Widayati, C. Sri, dkk. 2002. Reformasi Pendidikan Dasar. Jakarta: Grasindo 

Edisi Lainnya
Anak Tidak Bisa Diam Ciri Anak Berbakat?
Ditulis oleh Dr. Kristiantini Dewi, SpA
No Image FoundIbunda Ferdy merasa sudah saatnya berkonsultasi ke dokter mengenai perilaku buah hatinya yang akhir-akhir ini mengkhawatirkan.
Sudah 3 bulan Ferdy (5 tahun) bersekolah di TK B, setelah setahun sebelumnya bersekolah di tempat lain untuk jenjang TK A. Usulan pindah sekolah ini sebetulnya diminta Ferdy, karena sekolah yang baru ini lebih banyak mainannya. Begitu alasan bocah kecil ini.
Sebenarnya kalau boleh jujur, sang Mama setuju-setuju saja, karena guru di TK yang lama pernah "angkat tangan" menghadapi Ferdy yang tidak bisa diam. Belum lagi hobinya yang selalu bertanya tiada habisnya.
Senang tantangan
Di sekolah yang baru, guru mengeluhkan hal yang sama. Malah keluhan gurunya lebih spektakuler lagi, jika aktivitas belajar seputar hal-hal yang baru, Ferdy pasti semangat sekali mengerjakannya. Apalagi kalau kelihatannya hal baru tersebut cukup menantang atau cukup sulit. Ferdy bisa asyik sendiri sampai lebih dari setengah jam tanpa teralihkan ke kegiatan lain.
Bocah enerjik ini sangat pandai menggambar. Walaupun ia cenderung tidak menuruti aturan menggambar yang baku. Ferdy selalu memiliki alasan menarik atas semua hasil pekerjaannya yang lain dari teman-temannya itu.
Ferdy sering tampil bak pahlawan, menolong teman-temannya yang kesulitan. Kadang terdengar komentarnya menasihati temannya, bak orang dewasa. Tapi, kalau kegiatan yang diberikan guru tidak menarik baginya atau materi tersebut sudah pernah diajarkan, maka ia tampak uring-uringan, hilir mudik di dalam kelas, tidak mau mengerjakan instruksi guru, atau malah melamun dan kelihatan jenuh.
Setelah dilakukan penilaian dan observasi perilaku yang cermat, juga serangkaian psikotest, tingkat kognisi (IQ) Ferdy sangat jauh di atas rata-rata, yaitu 147. Level IQ yang lebih dari 130 disebut juga dengan giftedness atau anak berbakat.
Kapan Anak disebut Berbakat?
Anak berbakat adalah anak yang menunjukkan kemampuan luar biasa dalam bidang intelektual (level IQ>130; Level IQ normal adalah 90-110), kreatif, atau berprestasi sangat istimewa di bidang akademis tertentu, biasanya disertai kemampuan memimpin, atau berprestasi luar biasa di bidang seni.
Sebanyak 3-5 persen dari populasi anak di Amerika Serikat merupakan anak berbakat. Faktor yang mempengaruhi perkembangan seorang anak menjadi anak berbakat yaitu;
  • faktor genetik
  • kemampuan memahami simbol-simbol
  • adanya kesempatan untuk mengembangkan bakat
  • dukungan orangtua untuk mengembangkan bakat
  • adanya aktivitas yang mengakomodasi bakatnya
  • pengaruh positif teman sebaya serta lingkungannya terhadap bakat yang dimilikinya.
Biasanya anak berbakat memiliki kepribadian yang baik, cenderung sensitif dan mudah berempati. Mereka juga biasanya sangat perfeksionis, sangat akurat, sangat mengedepankan logika, tekun dan gigih dalam mengerjakan suatu “tugas” yang menantang.
Mereka sangat bersemangat mempelajari hal-hal baru, namun mereka tidak begitu saja menuruti instruksi atau aturan yang diberikan. Mereka aktif mempertanyakan alasan kenapa peraturan tersebut diberlakukan, atau kenapa mereka harus mengerjakan sesuatu hal, dan seterusnya.
Pertanyaan-pertanyaan lain yang sering diajukan adalah seputar hal yang bersifat abstrak, misalnya mengenai Tuhan, malaikat. Anak berbakat menunjukkan kemampuan berpikir kompleks dan memiliki kemampuan “judgement” moral yang lebih “advanced” dibandingkan usianya. Misalnya, Ferdy tidak suka keluarganya main kartu di rumah, karena menurutnya bermain kartu sama dengan judi, dan ia tidak suka rumahnya ada kegiatan haram.
Anak berbakat juga sangat kreatif, dan senang permainan konstruktif atau menciptakan sesuatu. Ketika bermain lego, mereka bisa menghasilkan berbagai model yang serupa bentuk aslinya, misalnya robot-robotan, jerapah, kereta api, mobil, tanpa mencontoh pola.
Nah, kalau Ferdy tergolong anak berbakat, mengapa orangtua dan gurunya kewalahan?
  • Orangtua dan guru tidak mengenali bakat anak berbakat. Di mata mereka anak berbakat malah sering tampak sebagai anak yang tidak penurut, semaunya sendiri, tidak bisa diam, dan selalu harus terpenuhi keinginannya.
  • Sebaiknya orangtua dan guru mengakomodasi kemampuan anak berbakat tanpa mengganggu lingkungan sosialnya. Guru memberikan kesempatan untuk mengerjakan permainan atau tugas yang sama dengan teman-temannya, tapi khusus untuk anak berbakat berikan instruksi yang lebih banyak dan lebih kompleks, sesuai dengan kemampuannya.
  • Ajak berdialog mengenai hal-hal yang bervariasi, tidak hanya seputar kegiatan sekolah tapi juga mengenai kehidupan sehari-hari yang menarik yang dapat dijelaskan secara logis, misalnya membahas bagaimana fenomena munculnya pelangi, mengapa turun hujan, atau bisa terjadi guntur, dan seterusnya.
  • Sesekali berikan kesempatan anak berbakat membawa buku ceritanya ke sekolah dan menceritakannya di depan teman-teman dan gurunya. Atau perkenankan mereka menjadi “asisten” Ibu guru jika ada teman yang kesulitan mengerjakan tugas.
  • Pola kegiatan yang berbeda akan sangat menyenangkan anak berbakat. Mereka tambah semangat pergi ke sekolah, bahkan sudah “sibuk” menyiapkan barang-barang yang akan dibawanya ke sekolah, dan stop hilir mudik atau bersikap bosan di dalam kelas.
Kerjasama yang saling mendukung antara sekolah dan orangtua sangat mempengaruhi sikap, kepribadian dan prestasi anak berbakat di kemudian hari.
Referensi:

http://www.bpplsp-reg-1.go.id/buletin/templates/images/index2_06.jpg
http://www.bpplsp-reg-1.go.id/buletin/templates/images/index2_09.jpg
http://www.bpplsp-reg-1.go.id/buletin/templates/images/index2_12.jpg

http://www.bpplsp-reg-1.go.id/buletin/templates/images/index2_16.jpg
http://www.bpplsp-reg-1.go.id/buletin/templates/images/index2_17.jpg
http://www.bpplsp-reg-1.go.id/buletin/templates/images/index2_18.jpg

Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah
Copyright © 2006-2007. BP-PLSP Regional I. All Rights

Apakah Anakku Berbakat? (10 Cara Menemukan Anak yang Berbakat)







4 Votes

Gizi yang baik, lingkungan yang penuh rangsangan dan orang tua yang demokratis membuka kesempatan bagi lahirnya anak-anak berbakat. Tapi apakah anak-anak kita memang berbakat? Apa ciri-cirinya? Bagaimana mengenalinya?
Pertama, apakah Anda sendiri atau pasangan Anda berbakat? Apakah ada satu atau lebih kakak/adik/ipar Anda yang berbicara lebih dini dari usianya saat di bawah 3 tahun? Bisa menunjukkan jalan pulang ke rumah dengan mudah? Memiliki ingatan setajam gambar? Kalau ya, maka tendensi itu akan turun ke anak-anak Anda juga.
Kedua, kelewat sensitif. Mudah menangis, mudah terharu, gampang tersinggung, mudah terbangun dari tidur akibat suara yang biasa saja adalah ciri-ciri awal anak berbakat. Bahkan anak yang terkena iritasi akibat label baju di tengkuknya, atau sambungan tebal di kaos kakinya, menunjukkan anak itu berbakat.
Ketiga, skor test IQ di atas 125. Hanya saja membutuhkan tes terpisah untuk menemukan bakat sesungguhnya, serta test IQ tidak bisa dilakukan untuk anak dengan umur di bawah 9 tahun karena tidak akan akurat.
Keempat, dalam kehidupan sehari-hari anak itu memiliki ciri-ciri memberi perhatian, amat jeli, teliti dalam taraf yang kelewatan, menunjukkan rasa ingin tahu yang besar, ingatan tajam, fokus untuk waktu lama, mudah belajar dengan sedikit pengulangan saja, serta bisa memberikan alasan kuat untuk segala tindakan dan ucapannya.
Kelima, dalam penguasaan bahasa, anak yang berbakat cenderung lebih maju kosakatanya daripada anak sebayanya, memulai aktivitas membaca pada usia dini, selalu bertanya, “Bagaimana kalau…” atau “Kenapa bukan…”. Ia juga memperlihatkan kemampuan untuk membaca cepat dan menjangkau topik yang luas.
Keenam, Secara emosi dan sosial, ia tertarik pada topik-topik yang tidak lazim, seperti apa itu kematian, ke mana orang sesudah mati, mengapa orang mati membusuk dan lain sebagainya. Secara kepekaan, anak seperti ini biasanya sangat sensitif dan secara fisik mudah diprovokasi untuk melakukan kegiatan luar ruangan.
Ketujuh, anak seperti ini juga memiliki selera humor yang baik, bahkan sampai ke level bisa mentertawakan diri sendiri, sama seperti orang dewasa. Ia juga biasanya perfeksionis, maunya semua tersusun, terpola dan selesai dengan sempurna. Anak semacam ini selalu penuh energi, tidak mudah lelah dan gampang menyesuaikan diri serta dekat dengan orang-orang dewasa.
Kedelapan, ia bisa berpikir abstrak, misalnya relasi kekeluargaannya yang rumit seperti sepupu atau ipar atau orangtua dari nenek. Pendeknya yang tidak berkaitan langsung dengan dirinya, itu sudah abstrak. Ia juga bisa memahami kerangka waktu di masa lampau dan masa depan, misalnya “waktu ayah masih kecil…”.
Kesembilan, ia mampu menggambar, atau membangun sesuatu dengan kompleks dan pola yang tidak biasa, misalnya dengan medium balok, crayon, cat air, gambar, pasir, tanah liat dan sebagainya.
Terakhir Kesepuluh, ada beda yang jelas antara anak berbakat dan anak cerdas. Anak berbakat cenderung pembosan, gemar main, tidak suka belajar karena sudah tahu jawabannya dan bahkan kelewat kritis sehingga mempertanyakan jawaban yang sudah ada. Anak cerdas suka belajar, mendengarkan dengan baik, bisa menjawab pertanyaan dengan baik, memberi perhatian dan menyukai berada di kisaran usia yang sama. Anak berbakat cenderung memberontak, agak malas, maunya menang sendiri, suka mempertanyakan kemapanan, tidak suka belajar, unggul dalam test multiple choice karena ia cenderung menebak, tapi ia juga kritis terhadap dirinya sendiri.
Perlu diingat bahwa anak berbakat atau anak cerdas tak musti berhubungan erat dengan kesuksesan dalam hidup. Kalau salah didik, ya ia bisa menjadi kriminal yang cerdas dan berbakat. Di sekolah-sekolah, anak berbakat cenderung diabaikan atau tidak teridentifikasi sebab biasanya mereka pembuat rusuh, lari ke sana ke mari, cenderung malas dan dengan standar sekolah umumnya digolongkan sebagai anak yang tidak mampu sekolah. Tidak jarang mereka dikata-katai guru sebagai anak nakal, calon penjahat, gak bakal lulus, tidak naik kelas dan lain sebagainya.
Hal-hal itu secara sosial justru makin menjauhkan mereka dari sekolah. Selain itu, anak-anak dari kelas sosial yang lebih miskin dan anak-anak dari kelompok minoritas secara ras, suku dan agama biasanya juga tidak lolos dalam penyaringan anak berbakat yang dilakukan di sekolah-sekolah. Itu karena sekolah secara umum mencari anak yang duduk manis, duduk di bangku paling depan dan tidak membantah ibu gurunya.

Like this:

Be the first to like this.
Mengenal Keberbakatan
OPINI | 29 December 2010 | 07:06 http://stat.ks.kidsklik.com/statics/kompasiana4.0/images/ico_baca.gifDibaca: 445   http://stat.ks.kidsklik.com/statics/kompasiana4.0/images/img_komen.gifKomentar: 0   http://stat.ks.kidsklik.com/statics/kompasiana4.0/images/ico_nilai.gifNihil
Keberbakatan merupakan suatu potensi bawaan yang setiap orang mempunyai bentuk yang berbeda satu dengan lainnya.  Umumnya mempunyai potensi kuat diberbagai bidang. Anak mempunyai dorongan dari dalam dirinya untuk selalu mencari tahu. Prestasi belajarnya tidak selalu optimal, bahkan sering kali bermasalah, hal ini disebabkan adanya kesulitan yang terselubung.
Cara belajar anak berbakat (cerdas istimewa) adalah melalui proses penglihatan proses berpikirnya berupa gambar. Pada anak berbakat didapatkan perkembangan yang tidak sinkron. Jadi tidak hanya IQ dan kemampuan, tapi juga emosi dan hipersensitifitas. Perkembangan yang tidak sinkron dimaksud adalah perkembangan intelektual, fisik danemosi tidak berjalan dengan kecepatan yang sama.  Kemampuan intelektual selalu berkembang lebih cepat. Dengan adanya perkembangan yang tidak sinkron ini diperlukan modifikasi dalam hal pengasuhan baik oleh orangtua maupun guru agar anak dapat berkembang optimal.
Keberbakatan sangatlah kompleks, bukan hanya ditentukan oleh Nilai IQ saja, tetapi merupakan faktor multidimensi dan dinamis.
Terdapat 3 kelompok anak berbakat:
a) Berbakat global: yaitu anak berbakat pada semua atau hampir semua area; biasanya matematika dan verbal.
b) Berbakat matematika: anak dengan kemampuan matematika yang tinggi.  Anak ini akan baik dibidang spasial, sebab2 nonverbal, daya ingat.
c) Berbakat verbal: anak dengan kemampuan bahasa yang kuat.  Anak ini mampu berbahasa yang lebih bila dibandingkan dengan anak seusianya. Penampilan verbalnya lebih baik.
Anak berbakat dapat pula mengalami gangguan belajar.  Kelompok ini dibagi atas 3 subgroups yaitu:
1) Anak telah teridentifikasi sebagai berbakat tapi kesulitan disekolah. Anak ini pencapaiannya dibawah kemampuannya, kadang adanya kesulitan belajar tidak terdiagnosa, sampai sekolah memberikan tambahan stimulus, sehingga kesulitan dibidang akademik terlihat dia berada dibawah kemampuan seusianya.
2) Anak dengan kesulitan belajar yang berat, sehingga adanya kemampuan bakat tidak pernah dikenali.  Baum 1985 menemukan 33% anak dengan kesulitan belajar mempunyai kemampuan intelektual yang superior.  Anak-anak ini tidak pernah mendapatkan program untuk anak berbakat.
3) Anak dengan kemampuan dan kesulitan belajar yang saling menutupi secara tumpang tindih.  Anak ini berada dikelas regular, dan kemampuannya pada tingkat rata-rata (Brody 1997).
Anak berbakat, walaupun dengan atau tanpa berada dikelas akselerasi, tetapi mempunyai potensi untuk berkembang.  Mereka termotivasi secara internal.  Dengan adanya minat /ketertarikan dan kesempatan, anak akan termotivasi.  Jadi bila anak tertarik akan sesuatu dan terdapat kesempatan atau tantangan yang sesuai, maka dia akan dapat berprestasi (Brody 1997).
Anak berbakat (Bainbridge )sudah dapat terlihat sejak masak kanak, dimana anak menunjukan ciri-ciri sebagai berikut:
a) Pada usia dini tidak nyaman menghadapi hal yang sama (rutin) dengan waktu yang lama;
b) Sangat siaga (alert);
c) Tidurnya sedikit;
d) Tahapan tumbuh kembang untuk berjalan dan mengucapkan satu kata lebih cepat disbanding anak seusia;
e) Dapat ditemukan keterlambatan bicara, tapi kemudian bicara dengan kalimat penuh;
f) Mempunyai keinginan kuat untuk eksplorasi, investigasi, lingkungan;
g) Sangat aktif dan bertujuan;
h) Dapat membedakan antara fantasi dan realitas.
Jadi dengan adanya karakteristik otak yang special, anak cerdas istimewa menyenangi sensasi yang jelas, ingatan yang tidak biasa (extraordinary), senang mempelajari ilmu pengetahuan, mengadakan asosiasi yang beragam, kemampuan analitiknya lebih besar..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar